I.
Pengertian PTSD
PTSD
adalah gangguan kecemasan yang dialami seseorang setelah melihat atau melalui
peristiwa hidup yang berbahaya.
Gangguan
stres pasca trauma (PTSD) adalah gangguan kecemasan yang terjadi akibat
peristiwa traumatis. Menurut American Psychiatric Association (2000),tiga
cluster gejala PTSD yaituRe-experiencing symptoms, Avoidance
symptoms, dan Hyperarousal symptoms.
Lamanya gejala harus lebih dari satu bulan dan gangguan harus menyebabkan
distress klinis signifikan atau penurunan fungsi (American Psychiatric
Association, 2000).
Ketika
dalam bahaya, wajar untuk merasa takut.Ketakutan ini memicu banyak perubahan
sepersekian detik dalam tubuh untuk mempersiapkan diri untukbertahandalam
bahaya atau untuk menghindarinya.Reaksi "fight-or-flight" iniadalah
reaksiwajaryang dimaksudkan untuk melindungi seseorang dari bahaya.Namun dalam
PTSD, reaksi ini berubah atau rusak.Orang yang memiliki PTSD mungkin merasa
stres atau ketakutan bahkan ketika mereka tidak lagi dalam bahaya.
II.
Gejala PTSD
PTSD
dapat menyebabkan banyak gejala. Gejala ini dapat dikelompokkan menjadi tiga
kategori:
1. Re-experiencing symptoms:
•
Kilas
balik- mengenangtrauma
berulang-ulang, termasuk gejala fisik
seperti detakjantung cepat atau berkeringat
•
Mimpi
buruk
•
Pikiran
menakutkan.
Re-experiencing symptoms dapat menyebabkan
masalah dalam rutinitas sehari-hari seseorang.Mereka bisa mulai dari pikiran
dan perasaan orang itu sendiri.Kata-kata, benda, atau situasi pengingatkejadian
juga bisa memicuRe-experiencing.
2.
Avoidance symptoms:
•
Tinggal
jauh dari tempat, peristiwa, atau benda pengingat dari pengalaman
•
Merasa
mati rasa secara emosional
•
Merasa
bersalah yang kuat,
depresi, atau khawatir
•
Kehilangan
minat dalam kegiatan yang menyenangkan di masa lalu
•
Memiliki
kesulitan mengingat peristiwa berbahaya.
Hal-hal
yang mengingatkan orang dari peristiwa traumatik dapat memicu Avoidance symptoms.Gejala-gejala ini dapat
menyebabkan seseorang untuk mengubah rutinitas pribadinya.Sebagai contoh,
setelah kecelakaan mobil yang parah, orang yang biasanya mengemudi mungkin
menghindari mengemudi atau mengendarai mobil.
3. Hyperarousal symptoms:
•
Menjadi
mudah terkejut
•
Merasa
tegang atau gelisah
•
Mengalami
kesulitan tidur, dan / atau memiliki ledakan
kemarahan.
Gejala
hyperarousal biasanya konstan, bukannya dipicu oleh hal-hal yang mengingatkan
salah satu peristiwa traumatis.Mereka bisa membuat seseorang merasa stres dan
marah.Gejala-gejala ini dapat membuat sulit untuk melakukan tugas-tugas
sehari-hari, seperti tidur, makan, atau berkonsentrasi.
Wajar
memiliki beberapa gejala tersebutsetelah peristiwa berbahaya.Kadang-kadang
orang memiliki gejala yang sangat serius yang hilang setelah beberapa
minggu.Ini disebut gangguan stres akut, atau ASD.Ketika gejala berlangsung
lebih dari beberapa minggu dan menjadi masalah yang berkelanjutan, mereka
mungkin PTSD.Beberapa orang dengan PTSD tidak menunjukkan gejala selama
beberapa minggu atau bulan.
Untuk
dapat didiagnosis dengan PTSD, seseorang harus memiliki semua hal berikut untuk
setidaknya 1 bulan:
•
Setidaknya
satu gejala Re-experiencing
symptoms
•
Setidaknya
tiga Avoidance
symptoms
•
Setidaknya
dua Hyperarousal
symptoms
•
Gejala
yang membuatnya sulit untuk pergi menjalani
kehidupan sehari-hari, pergi ke sekolah atau bekerja, pergidengan teman-teman, dan
mengurus tugas-tugas penting.
III.
Memahami Post-Traumatic Stress Disorder dakam artian
Cognitive-Behavior
·
Faktor
behavior
Konsep
behavioral terhadap PTSD ini didasarkan pada dua faktor teori kecemasan milik
Mowrer (1960).Berdasarkan model ini, kecemasan dan emosi-emosi lain yang
terjadi selama traumatic terhubung di dalam pikiran sampai pandangan, suara,
dan sensasi-sensasi lain pasien yang muncul selama kejadian. Proses ini adalah
bentuk dari Classical Conditioning. Pandangan, suara, dan sensasi-sensasi lain
tersebut kemudian menjadi tanda-tanda yang menyebabkan timbulnya kecemasan
ketika ia mengalami hal itu di kemudian hari.
Tanda-tanda
yang bisa mendatangkan kecemasan meningkat setiap waktu, terdapat 2 proses; (1)
generalisasi, untuk tanda-tanda yang serupa sampai dengan tanda asli yang mulai
menimbulkan kecemasan. (2) higher-order conditioning, untuk sebuah tanda yang
yang asalnya netral mulai menimbulkan kecemasan karena telah dihubungkan dengan
kecemasan yang dicetuskan oleh tanda-tanda lain. Contohnya, perempuan korban
pemerkosaan ketika berjalan pulang sendiri di malam hari mungkin mulai meras
atakut, tidak hanya karena ia berada diluar malam hari sendirian (tanda
semula), tetapi juga ditempat gelap manapun (generalisasi). Ia juga mungkin
takut untuk mengunjungi terapisnya, tempat dimana ia menceritakan tentang
pemerkosaan (higher-order condition).
Bagian
kedua dari two-factor theory melibatkan pengabaian. Karena tana-tanda yang
mengingatkan kembali kejadian yang mendatangkan kecemasan, ia akan mencoba untuk
mengabaikannya. Ketika sebuah tanda diabaikan,tingkat kecemasan seseorang akan
berkurang.penurangan kecemasan tersebut sebagai cara untuk
memungkinkanmenghindari tanda yang akan terjadi di masa depannya. Ini adalah
bentuk dari operant conditioning.Pengabaian tersebut menjadi semakin sering
dijadikan coping strategy, karena tanda-tanda yang ditolak tersebut menjadi
ditekan lebih dalam, seperti pemikiran/emosi. Alcohol atau obat-obatan sering
digunakan sebagai cara untuk menolak tanda-tanda internal, dan dipastikan cara
ini merupakan penyalahgunaan dan dapat menyebabkan ketergantungan.
·
Factor
kognitif
Model
behavior memberikan penjelasan untuk kedua pengalaman yang diulang dan symptom
penolakan dari PTSD.Bagaimanapun, telah dikritik sebagai kelemahan pada laporan
yang cukup untuk alternative pengulangan diantara pengalaman yang diulang dan
penolakan atau ketakutan yang biasanya terlihat dalam gangguan, atau ketekunan
untuk membangkitkan emosi yang berlebih. Juga kegagalan pada laporan untuk
mengubah perasaan terhadap pengertian beberapa laporan pasien PTSD (Foa
& Riggs, 1994). Foa dan rekannya
telah mengajukan sebuah model PTSD yang menggabungkan unsur-unsur dari model
cognitive-behavior. Mereka mengusulkan bahwa ketika seseorang mengalami trauma,
rasa takutnya terstruktur di memori, konsisten dengan 3 unsur: (1) stimulus
(pandangan, suara, dan sensasi lain yang berhubungan dengan kejadian); (2)r
espon (psikologis dan reaksi emosinya terhadap kejadian) dan (3) arti yang
berhubunagn dengan stimulus dan respon. Struktur ketakutan ini adalahprogram
untuk membentuk bahaya.Seperti model behavioral, model milik Foa mengusulkan
bahwa tanda-tanda yang berhubunagn dengan trauma struktur ketakutannya menjadi
aktif dan menyebabkan pengalaman yang diulang oleh memori dan respon, dan
membimbing usaha untuk menghindari tanda-tanda seperti itu.
Bagaimanapun,
model milik Foa juga menekankan pentingnya memberi arti elemen-elemen struktur
ketakutan tersebut. Kejadian traumatic yang sering mengganggu biasanya
diasumsikan dan diberi skema-skema: (1) “dunia itu aman”, (2) “kejadian apapun
dapat diprediksi dan dapat dikontrol”, (3) “kejadian-kejadian negative tidak
akan terjadi kepada saya”, dan (4) “saya bisa mengatasi kejadian apapun”. Dalam
pemeliharaan dengan teori Piaget, Foa mengusulkan ketika kejadian yang dialami
bertentangan dengan skema dasar, dimana kebiasaan memiliki dorongan alami untuk
membuat pengalaman.Jika makna yang terkait dengan trauma tidak berasimilasi
dengan skema yang ada, (“kejadian mengerikan bisa terjadi begitu saja”, “apapun
bisa terjadi pada saya”, dan “saya mungkin tidak mampu menghindar) aka nada
kebutuhan untuk merevisi skema-proses yang disebut ‘akomodasi’.Apa yang membuat
pengolahan trauma kognitif ini sulit untuk orang yang mengalami PTSD adalah kenyataan
bahwa mengaktifkan makna elemen dari struktur ketakutan juga mengaktifkan
unsure-unsur respons. Karena merasakan emosi yang luar biasa, seseorang
kemudian mencoba untuk berhenti berpikir tentang kejadian masa lalu. Pengabaian
ini akan memblok proses asimilasi dan akomodasi. Pola kemudian berkembang
antara upaya untuk mengasimilasi (yang mengarah ke pengalaman yang diulang),
dan upaya untuk menghindari ingatan dan emosi negative. Menurut model Foa,
ketegangan antara kebutuhan untuk menemukan makna dan perkunya kebutuhan untuk
menghindar membuat seseorang membangkitkan emosi yang berlebih.
0 komentar:
Posting Komentar