RELEGIUSSITAS
1.2. .
Definisi Religiussitas
Menurut Fetzer (1999), Religiusitas
adalah seberapa kuat individu penganut agama merasakan pengalaman beragama
sehari-hari (Daily Spiritual Exprerience),
mengalami kebermaknaan hidup dalam beragama (Religion Meaning), mengekspresikan keagamaan sebagai sebuah nilai (Value), meyakini ajaran agamanya (Belief), memaafkan (forgiveness), melakukan praktek agama secara menyendiri (private religious practice), menggunakan
agama sebagai coping (religious/spiritual
coping), mendapat dukungan penganut sesama agama (religious support), mengalami sejarah keberagamaan (religious/ spiritual history), komitmen
beragama (commitment), mengikuti
organisasi atau kegiatan keagamaan (organizational
religiousness) dan meyakini pilihan agamanya (religious preferences).
1.2. .
Perkembangan self-control
Kemampuan mengontrol diri berkembang
seiring dengan bertambahnya usia. Salah satu tugas perkembangan yang harus
dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok darinya
dan membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa harus
dibimbing, diawasi, didorong dan diancam seperti hukuman sebagaimana yang
dialami pada masa kanak-kanak (Rohilah, 2007).
Delay of gratification, istilah yang diberikan Berndt (1992) pada suatu prosedur
yang digunakan oleh anak ketika dihadapkan pada dua perilaku yang sama
memberikan ganjaran. Anak belajar menunda kepuasan dengan melewatkan segera
yang lebih kecil dan memutuskan untuk menunggu ganjaran yang lebih besar (Santrock. John W. 2003.).
Menurut Hurlock (1980), tugas
perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola
perilaku anak. Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk
mandiri secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain. Namun,
kemandirian emosi tidaklah sama dengan kemandirian perilaku. Banyak remaja yang
ingin mandiri dan membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari ketergantungan
emosi pada orang tua atau orang dewasa lainnya.
Sekolah dan perguruan tinggi
menekankan perkembangan keterampilan intelektual dan konsep yang penting bagi
kecakapan sosial Namun, hanya sedikit remaja yang mampu menggunakan
keterampilan dan konsep dalam situasi praktis. (Hurlock, 1980).
Erat hubungannya dengan masalah
pengembangan nilai-nilai yang selaras dengan dunia nilai orang dewasa yang akan
dimasuki adalah tugas untuk mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung
jawab. Ketika seorang individu mulai memasuki masa dewasa akan mampu menjadi
individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan
dalam masyarakat (Hurlock, 1980).
1.2. .
Aspek-aspek/dimensi-dimensi
self-control
Menurut Fetzer (1999), ada
12 dimensi religiusitas (dalam Multidimensional
Measurement of Religiuosness Spritually
for Use in Health Research).
- Daily spiritual exprerience : persepsi individu terhadap sesuatu yang berkaitan
dengan transenden dalam kehidupan sehari-hari dan persepsi terhadap
interaksinya pada kehidupan tersebut.
- Meaning : berkaitan dengan sejauh mana
agama dapat menjadi tujuan hidupnya.
- Value : pengaruh keimanan terhadap nilai-nilai hidup seperti
mengajarkan tentang nilai cinta, saling menolong, dsb.
- Belief : religiousitas merupakan keyakinan akan konsep-konsep
yang dibawa oleh agama.
- Forgiveness : mencakup lima dimensi turunan
yaitu : pengakuan dosa, merasa diampuni tuhan, merasa dimaafkan oleh orang
lain, dan memaafkan diri sendiri.
- Private religious practice :
merupakan perilaku beragama dalam mempelajari agama meliputi ibadah,
mempelajari kitab dan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan
religiusitasnya.
- Religiusitas coping : merupakan coping stress dengan menggunakan pola dan
metode religious seperti berdoa dan beribadah untuk menghilangkan stress.
- Religious spritual support : aspek
hubungan sosial antar individu dengan pemeluk agama sesamanya (ukhuwah
islamiyah).
- Religious/ spiritual history : terdapat 4 aspek yang berkaitan dengan
sejarah keberagamaan seseorang, biografi keagamaan, pertanyaan mengenai
sejarah jkeagamnaan, pengalamana keagamaan yang mengubah hidup dan
kematangan spirutual.
- Commitment : seberapa penting individu
mementingkan agamanya, komitmen dan kontribusi kepada agamanya.
- Organizational religiousness : konsep yang mengukur seberapa
jauh individu iktu serta dalam lembaga keagamaan yang ada di masyarakat
dan beraktifitas di dalamnya.