Pages

Selasa, 11 Juni 2013

Religiusitas (religiousness) fetzer

            RELEGIUSSITAS
1.2. .    Definisi Religiussitas
Menurut Fetzer (1999), Religiusitas adalah seberapa kuat individu penganut agama merasakan pengalaman beragama sehari-hari (Daily Spiritual Exprerience), mengalami kebermaknaan hidup dalam beragama (Religion Meaning), mengekspresikan keagamaan sebagai sebuah nilai (Value), meyakini ajaran agamanya (Belief), memaafkan (forgiveness), melakukan praktek agama secara menyendiri (private religious practice), menggunakan agama sebagai coping (religious/spiritual coping), mendapat dukungan penganut sesama agama (religious support), mengalami sejarah keberagamaan (religious/ spiritual history), komitmen beragama (commitment), mengikuti organisasi atau kegiatan keagamaan (organizational religiousness) dan meyakini pilihan agamanya (religious preferences).

1.2. .    Perkembangan self-control
Kemampuan mengontrol diri berkembang seiring dengan bertambahnya usia. Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok darinya dan membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa harus dibimbing, diawasi, didorong dan diancam seperti hukuman sebagaimana yang dialami pada masa kanak-kanak (Rohilah, 2007).
Delay of gratification, istilah yang diberikan Berndt (1992) pada suatu prosedur yang digunakan oleh anak ketika dihadapkan pada dua perilaku yang sama memberikan ganjaran. Anak belajar menunda kepuasan dengan melewatkan segera yang lebih kecil dan memutuskan untuk menunggu ganjaran yang lebih besar (Santrock. John W. 2003.).
Menurut Hurlock (1980), tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku anak. Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain. Namun, kemandirian emosi tidaklah sama dengan kemandirian perilaku. Banyak remaja yang ingin mandiri dan membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari ketergantungan emosi pada orang tua atau orang dewasa lainnya.
Sekolah dan perguruan tinggi menekankan perkembangan keterampilan intelektual dan konsep yang penting bagi kecakapan sosial Namun, hanya sedikit remaja yang mampu menggunakan keterampilan dan konsep dalam situasi praktis. (Hurlock, 1980).
Erat hubungannya dengan masalah pengembangan nilai-nilai yang selaras dengan dunia nilai orang dewasa yang akan dimasuki adalah tugas untuk mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung jawab. Ketika seorang individu mulai memasuki masa dewasa akan mampu menjadi individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat (Hurlock, 1980).

1.2. .    Aspek-aspek/dimensi-dimensi self-control
Menurut Fetzer (1999), ada 12 dimensi religiusitas (dalam Multidimensional Measurement of Religiuosness Spritually  for Use in Health Research).

  1. Daily spiritual exprerience      : persepsi individu terhadap sesuatu yang berkaitan dengan transenden dalam kehidupan sehari-hari dan persepsi terhadap interaksinya pada kehidupan tersebut.
  2. Meaning          : berkaitan dengan sejauh mana agama dapat menjadi tujuan hidupnya.
  3. Value               : pengaruh keimanan terhadap nilai-nilai hidup seperti mengajarkan tentang nilai cinta, saling menolong, dsb.
  4. Belief               : religiousitas merupakan keyakinan akan konsep-konsep yang dibawa oleh agama.
  5. Forgiveness     : mencakup lima dimensi turunan yaitu : pengakuan dosa, merasa diampuni tuhan, merasa dimaafkan oleh orang lain, dan memaafkan diri sendiri.
  6. Private religious practice        : merupakan perilaku beragama dalam mempelajari agama meliputi ibadah, mempelajari kitab dan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan religiusitasnya.
  7. Religiusitas coping                  : merupakan coping stress dengan menggunakan pola dan metode religious seperti berdoa dan beribadah untuk menghilangkan stress.
  8. Religious spritual support        : aspek hubungan sosial antar individu dengan pemeluk agama sesamanya (ukhuwah islamiyah).
  9. Religious/ spiritual history :  terdapat 4 aspek yang berkaitan dengan sejarah keberagamaan seseorang, biografi keagamaan, pertanyaan mengenai sejarah jkeagamnaan, pengalamana keagamaan yang mengubah hidup dan kematangan spirutual.
  10. Commitment     : seberapa penting individu mementingkan agamanya, komitmen dan kontribusi kepada agamanya.
  11. Organizational religiousness : konsep yang mengukur seberapa jauh individu iktu serta dalam lembaga keagamaan yang ada di masyarakat dan beraktifitas di dalamnya.

0 komentar:

Posting Komentar