(Erich
Fromm)
Erich Fromm (1941, 1947) membantu mengembangkan konsep
Freudian dengan menambahkan catatan dari peran penting dalam masyarakat dalam
perkembangan dan bentuk ekspresi dari kepribadian.
Bagi Fromm, manusia merupakaan
makhluk sosial yang harus mengerti tentang hubungan mereka dengan orang lain.
menurut fromm, psikologi sosial
merupakan fondasi bagi psikologi individu. Orang-orang memiliki kualitas psikis
seperti, kecenderungan untuk tumbuh, berkembang dan menyadari potensi yang ada
dalam diri mereka. Kecenderungan yang mendasar ini membimbing mereka untuk
bebas dan berjuang untuk keadilan. Kemudian, manusia memiliki kekuatan dalam
dirinya yang mempengaruhi proses sosial.
Penjelasan fromm tentang peran sifat
menggambarkan perbedaan antara orientasi biologisnya freud dan orientasi
sosialnya fromm. Fromm mengkritik pemikirannya freud tentang fiksasi yang
terjadi pada tahapan pemberian pemuasan tertentu sebagai penyebab terhadap
peran sifat. Menurut fromm, peran sifat berkembang dari pengalaman bersama
orang lain. Masalah psikoseksual merupakan expresi tubuh dari sikap terhadap
dunia yang telah dikondisikan secara sosial. Menurut freud, budaya adalah hasil
dari usaha masyarakat untuk menekan dorongan naluri. Bagi fromm, budaya
merupakan cetakan dari struktur dan substansi dari sebuah masyarakat. poin
besar lainnya adalah, bahwa fromm percaya bahwa teladan seperti kejujuran,
keadilan, dan kebebasan merupakan hasil dari kerja keras dan bukan
rasionalisasi sederhana dari motiv biologis. Psikologi freud adalah sebuah
psikologi berdasarkan dari dorongan naluri yang menjabarkan bahwa kesenangan
adalah alat pengurangan tegangan. Psikologinya fromm mencoba untuk menempatkan
sifat yang lebih positif, seperti kecenderungan dan kemampuan manusia untuk
mencintai dan hasrat untuk bebas sebagai aspek dasar dari manusia.
Fromm membuat kebebasan karakteristik utama sifat
manusia! Fromm menjelaskan tiga cara di mana kita bisa lolos dari kebebasan:
1. Otoritarianisme. Kami berusaha
untuk menghindari kebebasan dengan menggabungkan diri kita dengan orang lain,
dengan menjadi bagian dari sistem otoriter seperti masyarakat Abad Pertengahan.
Ada dua cara untuk pendekatan ini. Salah satunya adalah untuk tunduk pada
kekuatan orang lain, menjadi pasif dan patuh. Yang lain adalah untuk menjadi
otoritas diri sendiri, orang yang berlaku struktur kepada orang lain. baik cara Anda melarikan diri dan terpisah dari identitas Anda.
2. Destructiveness. Otoritarianisme menanggapi
keberadaan menyakitkan, dalam arti, menghilangkan diri: Jika tidak ada saya,
bagaimana mungkin sesuatu menyakitiku? Tetapi yang lain menanggapi rasa sakit
dengan menghapus kata melawan dunia:
Jika saya menghancurkan dunia, bagaimana bisa itu menyakitiku? Hal ini
melarikan diri dari kebebasan yang bertanggung jawab atas sebagian besar kehidupan nastiness sembarangan -
kebrutalan, perusakan, penghinaan, vandalisme, kriminalitas, terorisme ....
Fromm menambahkan bahwa, jika keinginan
seseorang untuk menghancurkan ditolak oleh keadaan, ia dapat mengarahkan itu
ke dalam. Jenis yang paling jelas merusak diri, tentu saja, bunuh diri. Tapi
kita juga bisa memasukkan banyak penyakit, kecanduan obat, alkohol, bahkan
kegembiraan hiburan pasif. insting Freud ternyata terbalik: diri-destruktif yang
merusak frustrasi, bukan sebaliknya.
3. Automaton conformity.
Authoritarians melarikan diri dengan bersembunyi
dalam sebuah hirarki otoriter. Tapi masyarakat kita menekankan kesetaraan! Ada
hirarki kurang bersembunyi di (meskipun banyak tetap bagi siapa saja yang
menginginkannya, dan beberapa yang tidak). Ketika kita perlu bersembunyi, kita
bersembunyi di budaya massa kita sebagai gantinya. Ketika saya berpakaian di
pagi hari, ada begitu banyak keputusan! Tapi saya hanya perlu melihat apa yang
Anda pakai, dan frustrasi saya menghilang. Atau aku bisa melihat di televisi,
yang, seperti horoskop, akan memberitahu saya cepat dan efektif apa yang harus
dilakukan. Jika saya terlihat seperti, bicara seperti, berpikir seperti, merasa
seperti ... semua orang di masyarakat saya, maka saya menghilang ke kerumunan,
dan aku tidak perlu untuk mengakui kebebasan saya atau bertanggung jawab. Ini
adalah mitra horisontal ke otoritarianism
Erik Erikson
Psikoanalis Erik Erikson ( 1963)
mengajukan teori tentang tahapan perkembangan yang member perhatian pada
masalah adaptasi sosial (table 6.5). Pada saat anak-anak tumbuh , mereka
berhadapan dengan jangkauan yang sangat luas dari hubungan sesame manusia dan
tantangan yang baru. Penyelesaian dari masalah khusus pada tiap-tiap dari
delapan tingkatan psikososial menunjukan bagaimana kemampuan mereka pada saat
beranjak dewasa. erikson berfokus pada perkembangan psikososial yang
menggambarkan tekanan yang tumbuh dalam teori neofreudian tentang pengaruh
sosial dan budaya daripada dorongan naluri itu sendiri.
Pada setiap tahapan perkembangan,
Erikson berhipotesis tentang sebuah krisis psiko sosial kerisis ini
timbul dari usaha seseorang untuk menyelesaikan masalah pada setiap tahapan.
Contohnya, dalam tahap awal kehidupan (tahap sensori oral), krisis melibatkan
“kepercayaan Vs kecurigaan”. Erikson berhipotesis bahwa pada tahap ini hubungan
anak kepada ibunya membentuk sikap dasar tentang “ memperoleh” dan “memberi”.
Jika kerisis ini terselesaikan dengan baik, pengalaman pada tahap ini membentuk
pondasi bagi kepercayaan, dorongan, dan harapan.
Tahapan-tahapannya Erikson berkembang dibalik masa kecil yang mencakup krisis pada remaja dan alam
dewasa. dia melihat perkembangan sebagai sebuah proses yang berkembang dalam
kehidupan, daripada secara keseluruhan hanya pada tahun-tahun awal. dalam
proses perkembangan ini, identitas ego terpusat:
“integrasi.
. . identitas ego. . . lebih dari jumlah identifikaasi masa kanak-kanak. itu adalah pengalaman yang masih harus
dibayar kemampuan ego untuk mengintegrasikan identifikasi SLL dengan
perubahan-perubahan libido, dengan bakat yang dikembangkan dari anugrah, dan dengan kesempatan yang ditawarkan dalam peran
sosial (Erikson, 1963, hal 261).
Asumsi yang
mendasari pandangannya tentang perkembangan adalah:
(1). bahwa kepribadian manusia pada prinsipnya berkembang
sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan dalam kesiapan seorang untuk tumbuh, untuk menyadari, dan untuk berinteraksi dengan jaringan sosial yang luas, dan
(2) masyarakat, pada prinsipnya, cenderung
diberi kuasa sebagai wadah untuk mempertemukan dan mengundang kesuksesan dari
potensi-potensi yang ada untuk berinteraksi dan mendatangkan rasa aman dan
untuk mendorong nilai yang lebih baik dan rangkaian yang lebih baik dari
pembungkusan (Erikson, 1963,
hal 261).
Pemikiran Erikson telah menjadi populer di banyak bagian dari
budaya kita. pemiikirannya tentang "krisis identitas" masa
remaja, misalnya, dibahas secara luas. memang frase krisis identitas telah menjadi bagian dari percakapan
sehari-hari. Pemikiran Erikson telah
mempengaruhi konsep sifat manusia dan budaya intelektual pada umumnya. Ia
percaya bahwa semua orang muda harus menghasilkan untuk diri mereka sendiri
beberapa perspektif sentral yang memberikan mereka rasa bermakna dari persatuan dan tujuan. perfektif ini mengintegrasikan
sisa-sisa masa kecil mereka dengan harapan dan harapan masa dewasa (Erikson,
1968). rasa identitas yang melibatkan sintesis dari bagaimana individu datang
untuk melihat diri sendiri dan kesadaran mereka tentang apa yang orang lain harapkan dalam hidup
mereka. tahap perkembangan yang ia
membahas diringkas dalam Tabel 6.5.
Table 6.5
Tahapan perkembangan Psikososial Erikso
TAHAP
ERIKSON
|
PERIODE
PERKEMBANGAN
|
Integritas vs. putus asa
|
Dewasa akhir (usia 60 tahun ke atas)
|
Generatif vs. stagnasi
|
Dewasa pertengahan (usia 40-an,50-an)
|
Intimasi vs. isolasi
|
Dewasa awal (usia 20-an,30-an)
|
Identitas vs kebingungan identitas
|
Remaja (10 sampai 20 tahun)
|
Usaha vs.inferioritas
|
Kanak-kanak pertengahan dan akhir (SD, 6 sampai
puber)
|
Inisiatif vs. rasa bersalah
|
Kanak-kanak awal (prasekolah, 3-5 tahun)
|
Otonomi vs.malu dan ragu
|
Masa bayi (tahun kedua)
|
Percaya vs.tidak percaya
|
Bayi (tahun pertama)
|