Pages

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Rabu, 18 Desember 2013

Review Jurnal PTSD (post traumatic disorder)

Pada jurnal pertama kami mencoba menggambarkan salah satu kasus PTSD yang terjadi, PTSD adalah kejadian umum di antara anak-anak yang mengalami perang dan kekerasan massal. review sistematis dari 7.920 anak dari berbagai lokasi termasuk Israel, Jalur Gaza, Bosnia, Iran, Kuwait, Irak Kurdistan, Kamboja, Rwanda, dan Amerika Tengah melaporkan tingkat keseluruhan PTSD dari 47% (Attanayake et al., 2009).
Jurnal ini Mind-Body Skills Groups for Posttraumatic Stress Disorder and Depression Symptoms in Palestinian Children and Adolescents in Gaza. Kekerasan yang berlangsung, konflik politik, dan kesulitan ekonomi yang umum terjadi di Gaza sehingga menyebabkan gejala PTSD lazim pada anak-anak dan remaja. Dalam sebuah studi baru-baru ini dari 619 anak 15 tahun atau lebih muda di Jalur Gaza dan Tepi Barat antara 2005 dan 2008, 25,8% didiagnosis dengan PTSD oleh evaluasi klinis menggunakan wawancara semiterstruktur berdasarkan DSM-IV-TR kriteria (Espie 'et al.,2009).

Depresi sering dilaporkan bersama dengan PTSD (Elbedour et al, 2007;. Espie 'et al, 2009.; Thabet, Vostanis, & Karim, 2005) dan korelasi yang signifikan telah ditemukan antara depresi dan PTSD skor pada anak-anak Palestina (Thabet, Abed, & Vostanis, 2004).

Dari jurnal ini kita dapat mengambil gambaran salah satu penyebab gangguan yang di derita oleh subjek yang mengalami kontak langsung dengan perang, pada jurnal ini memang tidak membahas secara detail  etiologi dari munculnya gejala PTSD namun berdasarkan tabel dibawah ini cukup memberikan kita gambaran tentang peristiwa traumatic yang dialami oleh subjek yang didiagnosis PTSD di jalur perang GAZA.
Sample penelitian ini terdiri dari anak remaja rentang dari umur 8 sampai 18 tahun, sebanyak 517 anak, yang memilki symptomp PTSD. Yang selanjutnya mereka akan diberikan intervensi berupa pelatihan Mind Body Skills (namun kami tidak membahas secara spesifik trainingnya karena berhubungan dengan prosedur treatman yang tidak dibahas pada makalah kali ini.)
Didalam penelitain di jurnal ini ditemukan ada hubungan yang signifikan antara penderita PTSD dengan eksposure kejadaian kekerasan yang terjadi selama perang berikut adalah tabel tentang kejadian yang didapat dari hasil kutioner dan wawancara peneliti terhadap subjek.
Pada jurnal ini dijelaskan bahwa Anak-anak yang memiliki umur yang lebih dewasa lebih berhasil mengikuti program mind body yang dilakukan peneliti dalam rangka mereduksi sysmtom PTSD yang ada. Kita bisa mengambil fakta bahwa anak-anak yang lebih usia dini lebih sulit untuk melupakan pengalaman traumaticnya dan dalam hal gender perempuan lebih sulit pula ketimbang laki-laki.
Dan sebagai informasi tambahan mereka mendapatkan hasil yang signifikan terhadap intervensi yang mereka lakukan terhadap subjek terkait gejala hyper Aurosal yang dialami oleh subjek penelitian.
Di jurnal berikutnya juga di jelaskan tentang sysmtom PTSD yang muncul pada pemuda yang disebabkan oleh peristiwa traumatis lainnya, di jurnal ini memakai pendekatan meta analysis, yakni studi pada kasus-kasus bencana Alam yang pernah terjadi.
Judul jurnal tersebut Disasters and Youth: A Meta-Analytic Examination of Posttraumatic Stress Pada metaanalisis ini, peneliti melakukan sintesis literaturi, serta meringkas besarnya asosiasi keseluruhan antara bencana dan pemuda PTS dan mengidentifikasi faktor terkait dengan variasi dalam besarnya asosiasi ini. Meskipun variabilitas (jenis bencana yang beragam), bencana tetap memiliki efek yang signifikan pada gejala pemuda PTSD.
Dalam jurnal ini peneliti ingin mengidentifikasi a) efek dari besarnya bencana tehadap symptoms PTS dan b) menguji besarnya hubungan antara post disaster symtomp dengan aspek pre-exiting pada anak muda (age, gender), c) aspek dari bencana dan eksposur bencana (kedekatan dengan bencana, persepsi terhadap ancaman, bahaya yang terjadi saat bencana, tipe bencana, korban yang jatuh dan d) aspek-aspek yang berkaitan dengan metodologi study.
Didalam studi meta analysis ini, peneliti mengambil total 96 kasus bencana (dengan berbagai rentang waktu), Sampel adalah anak-anak yang berumur maksimal 18 tahun pada saat kejadian dan merupakan bencana yang lebih dari 10 orang memakan korban di tiap tempat bencana yang terjadi. Dan mereka diuji dengan PTS measurement type/informant (Child self-report questionnaire, Child diagnostic interview, Parent-report questionnaire, Parent diagnostic interview, Teacher report) dan mendapatkan data dengan jalan In person, Telephone dan Mail. berikut adalah tabel dari Eksposure bencana yang di teliti.

Dan hasilnya seperti yang digambarka pada tabel berikut :
Studi Meta-analisis ini menemukan perbedaan gender dalam PTSD seluruh umur bahwa perempuan berada dua kali kemungkinan menderita PTSD daripada laki-laki ( r .19). Saat ini, ia tetap belum jelas apakah jenis kelamin berhubungan dengan biologis (misalnya, hor- Perbedaan Monal, Yehuda, 1999) atau psikososial (misalnya, lingkungan perbedaan, sosialisasi jender) variabel atau beberapa interaksi dari dua.
Meskipun efek usia telah di antara yang paling konsisten diperiksa berkaitan dengan pasca bencana pemuda PTS, yang hadir meta-analitik gagal mengidentifikasi efek usia yang signifikan.
Mengingat sifat tak terduga bencana, hubungannya sama-sama signifikan terhadap symtops PTSD, hanya saja tidak ada perbedaan yang menonjol antara bencana yang disebabkan alam dan tangan manusia, dan hal ini juga bisa dikaitkan dengan factor kesiapan bencana yang akan dihadapi oleh pemuda, serta pertahanan yang telah dibangun.
Waktu penilaian dikaitkan dengan kekuatan hubungan antara bencana dan pemuda pasca bencana PTS. Studi dilakukan pada tahun pertama pasca bencana ditemukan efek yang lebih kuat dari bencana pada pemuda PTS daripada studi yang dilakukan di luar 1 tahun pasca bencana. Tahun pertama pasca bencana merupakan apa yang telah telah disebut sebagai mundur, postimpact, dan pemulihan awal fase (Silverman & La Greca, 2002; Valent, 2000), di mana waktu banyak anak yang dipaksa untuk pindah, pindah sekolah, dan / atau mengatasi untuk pertama kalinya dengan kehilangan orang yang dicintai.
Dan tidak dapat dijelaskan dengan spesifik bagaimana korban tewas lebih tinggi menjadi terkait dengan pemuda PTS. Sebagai contoh, angka kematian yang lebih tinggi dapat meningkatkan risiko anak-anak menyaksikan kematian, yang pada gilirannya berhubungan dengan PTS, atau mungkin meningkatkan risiko anak-anak kehilangan orang yang dicintai, yang pada gilirannya terkait dengan PTS (Osofsky, Osofsky, Kronenberg, Brennan, & Hansel, 2009; Pfefferbaum, Nixon, Tucker, et al, 1999).
Sejumlah variabel kunci tidak termasuk dalam analisis ini mungkin memainkan peran penting. Banyak yang telah ditulis tentang psikopatologi yang sudah ada sebelumnya, trauma sebelumnya, sumber daya coping anak, dukungan sosial, paparan berulang media terkait bencana, ketersediaan pelayanan kesehatan mental, ras / etnis, prasangka dan diskriminasi, dan orangtua yang juga mengalami psikopatologi (Comer, Furr, Beidas, Weiner, & Kendall, 2008; Comer & Kendall, 2007; Korol, Green, & Gleser, 1999; La Greca et al, 1996;. Silverman & La Greca, 2002; Swenson et al, 1996;. Weems & Overstreet, 2008).
Hasil negatif lainnya dapat mencakup kecemasan lain gangguan, depresi, kesedihan yang rumit dan traumatis, eksternalisasi gangguan, dan gangguan akademik dan sosial. Ketahanan sebagai hasil (Luthar, 2003), dan faktor-faktor yang mempromosikan ketahanan, perlu dimasukkan ke dalam penelitian pasca bencana, serta pertimbangan pertumbuhan pasca trauma (yaitu, psikologis yang positif perubahan yang dialami pada masa setelah peristiwa kehidupan traumatis).





Implikasi Klinis
Pasca Traumatic Stress Disorder
Mengapa beberapa orang mendapatkan PTSD dan orang lain tidak?
Penting untuk diingat bahwa tidak semua orang yang tinggal melalui peristiwa berbahaya mendapatkan PTSD. Bahkan, sebagian besar tidak akan mendapatkan gangguan. Banyak faktor yang berperan dalam apakah seseorang akan mendapatkan PTSD. Beberapa di antaranya adalah  faktor risiko yang membuat seseorang lebih mungkin untuk mendapatkan PTSD. Faktor-faktor lain, yang disebut faktor ketahanan, dapat membantu mengurangi risiko gangguan. Beberapa risiko tersebut dan faktor ketahanan yang sudah ada sebelum trauma dan lain-lain menjadi penting selama dan setelah peristiwa traumatis.
Faktor risiko untuk PTSD meliputi:
  Hidup melalui peristiwa berbahaya dan trauma
  Memiliki sejarah penyakit mental
  Terluka
  Melihat orang terluka atau terbunuh
  Merasa horor, tidak berdaya, atau ketakutan ekstrim
  Memiliki dukungan sosial sedikit atau tidak setelah kejadian
  Berurusan dengan stres tambahan setelah acara, seperti kehilangan orang yang dicintai, rasa sakit dan cedera, atau kehilangan pekerjaan atau rumah.
Faktor ketahanan yang dapat mengurangi risiko PTSD meliputi:
  Mencari dukungan dari orang lain, seperti teman dan keluarga
  Menemukan kelompok pendukung setelah peristiwa traumatis
  Merasa baik tentang tindakan orang itu sendiri dalam menghadapi bahaya
  Memiliki strategi coping, atau cara untuk mendapatkan melalui acara buruk dan belajar dari itu
  Mampu bertindak dan merespons secara efektif meskipun merasa ketakutan.

Para peneliti sedang mempelajari pentingnya berbagai risiko dan faktor ketahanan. Dengan studi lebih lanjut, dimungkinkan suatu hari nanti untuk memprediksi siapa yang kemungkinan untuk mendapatkan PTSD dan mencegahnya.

Selasa, 17 Desember 2013

HAKIKAT PSIKOLOGI

       Psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno (psyche = jiwa dan logos = kata). Jadi, psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.Psikologi adalah ilmu yang tergolong muda karena lahir sekitar akhir tahun 1800an. Tetapi, manusia di sepanjang sejarah telah memperhatikan masalah psikologi. Seperti filosof Yunani, terutama Plato dan Aristoteles.
            Psikologi memiliki tiga fungsi sebagai ilmu yaitu:
·         Menjelaskan
            Yaitu mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasilnya berupa deskripsi atau bahasan yang bersifat deskriptif.
·         Memprediksikan
            Yaitu mampu meramalkan atau memprediksikan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil prediksi berupa prognosa, prediksi atau estimasi.
·         Pengendalian
            Yaitu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Perwujudannya berupa tindakan yang sifatnya prevensi atau pencegahan, intervensi atau treatment serta rehabilitasi atau perawatan.
           
            Ruang Lingkup psikologi meliputi:
·         Seluruh aspek dari manusia
·         Seluruh aktivitas dan perilaku manusia
·         Umum, klinis, pendidikan, perkembangan, sosial, industri, dan organisasi
      Psikologi juga memiliki metode-metode dalam proses pembelajarannya. Metode merupakan cara yang digunakan atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan. Maka metode psikologi adalah cara yang digunakan atau jalan yang ditempuh untuk sampai pada tujuan psikologi, yaitu mendapatkan asas-asas, pokok-pokok, atau prinsip-prinsip tentang tingkah laku individu dalam situasi pembelajaran dan dapat membantu proses pembelajaran tersebut. Dalam hal-hal tertentu dan dalam batas-batas tertentu, metode ini juga dapat dipergunakan oleh para pendidik atau pengajar  dalam memahami dan memecahkan problem-problem psikologi.
      Berikut ini dibahas beberapa metode yang lazim dipergunakan dalam psikologi pendidikan, dengan menitikberatkan pada metode pengumpulan data.
a. Metode Observasi
Metode observasi adalah metode yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku individu dalam situasi yang wajar, dilaksanakan dengan berencana, kontinyu dan sistematik, serta diikuti dengan upaya mencatat atau merekam secara lengkap. Dengan sifat wajar, berarti individu tersebut dalam keadaan tidak dibuat-buat dan tidak mengetahui individu itu sedang di observasi. Sebelum observasi dilaksanakan harus ada persiapan yang matang tentang aspek-aspek tingkah laku yang akan di observasi. Dengan kontinyu berarti dalam melaksanakan observasi harus berkesinambungan antara periode yang satu dengan periode yang lain. Dengan sistematik berarti aspek-aspek yang di observasi itu harus tersusun secar teratur, sehingga tidak sekedar tumpukan catatan tentang tingkah laku. Dengan upaya mencatat atau merekam tentu dengan mudah kita pahami karena jika hanya mengamati tanpa mencatat atau merekam, maka hasilnya mudah dilupakan. Dewasa ini dengan kemajuan teknologi, observasi itu semakin maju.
b. Metode Eksperimen dan Tes
Dengan metode eksperimen dapat diciptakan situasi buatan. Dalam pembelajaran, dan pada situasi itu ditempatkan subjek penelitian tertentu. Kepada subjek di sampaikan perangsang-perangsang untuk mendapatkan reaksi atau respon tertentu. Kemudian respon  itu di analisis untuk mendapatkan kesimpulan tertentu. Pada lazimnya digunakan dua kemlompok subjek, yaitu kelompok eksperian dan kelompok kontrol.
Metode test dilakukan dengan memberikan tugas yang dilakukan oleh subjek, baik tugas tertulis maupun tugas lisan.
c. Metode Kuesioner dan Interview
Kuesioner sering disebut juga angket. Berupa daftar yang memuat sejumlah pertanyaan yang disampaikan kepada subjek untuk dikerjakan (dijawab). Jawaban-jawaban itu kemudian dianalisis dan disimpulkan. Pada umumnya jawaban itu sudah tersedia, sehingga subjek tinggal memilih jawaban yang tepat untuk setiap item. Ditinjau dari segi penjawab, dapat dibedakan atas dua macam, yaitu langsung (direct) dan tak langsung (indirect). Disebut langsung jika yang harus menjawab adalah subjek itu sendiri, dan disebut tak langsung jika yang menjawab harus menjawab adalah orang yang mengetahui hal-ikhwalnya subjek itu.
d. Metode Ilmiah
Merupakan prosedur yang sistematik dalam memecahkan permasalahan dan merupakan suatu pendekatan objektif yang terbuka untuk dikritik, dikonfirmasikan, dimodifikasi atau bahkan mungkin ditolak kebenarannya oleh penelitian berikutnya. Digunakan untuk menyelesaikan permasalahan perilaku yang lebih kompleks yang harus bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
e. Metode Diferensial
Digunakan untuk meneliti perbedaan-perbedaan individual yang terdapat di antara anak didik. Menggunakan berbagai macam teknik pengukuran (contoh: tes, angket, dsb) serta menggunakan statistik untuk menganalisis.

f. Metode Klinis
Digunakan untuk mengumpulkan data secara lebih rinci mengenai perilaku penyesuaian dan kasus-kasus perilaku menyimpang.
            Dalam pelaksanaan riset mengenai bidang psikologi telah dibuat kode etik yang wajib di patuhi. Kode Etik dibuat untuk menjadi pegangan dalam terapan praktik psikologi. Kode Etik Psikologi dilengkapi dengan penjelasan dalam bentuk Pedoman Pelaksanaan, yang memuat tentang prinsip-prinsip pelaksanaannya. Apabila dalam pelaksanaan tugasnya selaku Ilmuwan Psikologi atau Psikolog ternyata terjadi tindakan yang dianggap melanggar hukum, maka penyelesaian masalahnya diproses menurut hukum yang berlaku, sebagai ungkapan tanggung jawab dalam terapan psikologi.

·           Pseudosains adalah kehausan masyarakat umum akan informasi psikologi telah menciptakan peluang pasar yang cukup luas bagi para psychobabble.
·           Psychobabble bersifat tidak ilmiah dan tidak tepat.

·           Pseudosains dapat memberikan serta menyelesaikan masalah dalam kehidupan.

Minggu, 15 Desember 2013

T shirt Fakultas-Fakultas UIN

T-shirt Design Fakultas-Fakultas UIN

KAMU SEMUA CINTA UIN
DAPATKAN T-SHIRT DAN ANEKA AKSESORIS LAINNYA

PERSEDIAN TERBATAS


T-shirt Design Fakultas-Fakultas UIN

@85.000
ready Stock size: M,L,XL,XXL
Bahan kain : Cotton Combed 24s
Sablon : rubber Super White
Jahitan Rantai,  sablon manual


Nyaman dan dingin dikenakan "cocok untuk daerah tropis"

Bagi yang berminat bisa hubungi Admin
SALMAN FARISY ZA: wa/sms 083180086509 pin bbm: 74CCE04A

ALAT UKUR PSIKOLOGI AGAMA

SPIRITUAL Transcendence Scale (STS, Ralph L. Piedmont , Ph.D. 1999)
BACKGROUND STS (SPIRITUAL TRANSCENDENSE SCALE) Perspektif transenden Ini adalah salah satu di mana orang tersebut melihat kesatuan fundamental yang mendasari aspirasi yang beragam alam. Orang yang Spiritual transenden tinggi percaya bahwa ada rencana yang lebih besar dan arti hidup, sesuatu yang melampaui kehidupan fana kita. Meskipun semua pasang surut dalam hidup, ada sesuatu yang lebih permanen dan konstan yang memberikan arah, arti , dan nilai kehidupan. Mereka yang skor rendah pada Spiritual transenden lebih peduli dengan aspek-aspek material kehidupan dan melihat makna yang lebih besar untuk hidup selain dari apa yang menawarkan kehidupan di sini dan sekarang.

Piedmont memahami transendensi sebagai sumber motivasi intrinsik yang menggerakkan  dan memilih perilaku didasarkan pada perspektif yang melihat kesatuan dalam segala hal dan aspirasi yang beragam alam. Ini mewakili arti luas pribadi artinya dalam konteks kesadaran kematian sendiri diminta dengan pertanyaan-pertanyaan eksistensial tentang tujuan dan nilai dalam eksistensinya sendiri.

Piedmont mengembangkan STS, dengan meninjau teks-teks agama dan konsultasi ahli teologis dari latar belakang spiritual yang berbeda. Item yang dihasilkan dianalisis melalui serangkaian faktor analisis di dua sampel menggunakan mahasiswa yang dilakukan sendiri (n=5379, n=5356) dan penelitian pengamat (n=5279) Secara keseluruhan, analisis menghasilkan sebuah single faktor dengan tiga sub-skala.

Dalam upaya untuk menunjukkan universalitas transendensi spiritual , Piedmont dan Leach ( 2002) memberikan STS untuk sampel Hindu, Muslim , dan Kristen di India dan menemukan skala dapat diandalkan dan valid untuk setiap tradisi iman ini . Mereka berpendapat bahwa transendensi spiritual diwakili kualitas intrinsik dari individu yang bersifat universal dan memotivasi semua agama perilaku . Studi mereka juga menyoroti bagaimana analisis lintas - budaya dapat sangat diperlukan dalam pencarian untuk mengidentifikasi genotipe umum melekat pada semua aspirasi spiritual dan untuk menguraikan bagaimana budaya dan konteks datang untuk membentuk ekspresi fenotipik nya . Salah satu media di mana genotipe dan konteks berpotongan adalah dalam bahasa kebudayaan tertentu . Analisis leksikal menyediakan cara untuk mengidentifikasi kualitas psikososial signifikansi adaptif.

Titik awal dalam pengembangan kuesioner ini diskusi antara konsorsium ahli dari berbagai tradisi keagamaan yang mengidentifikasi aspek-aspek umum dari spiritualitas. Ada Tiga skala dibentuk atas dasar faktor eksploratif analisis : pemenuhan Doa (perasaan sukacita dan kepuasan yang dihasilkan dari doa dan/atau meditasi), Universalitas (keyakinan dalam kesatuan dan tujuan hidup) dan Keterhubungan (rasa pribadi tanggung jawab dan komitmen kepada orang lain) (Piedmont 1999).

DESKRIPSI yang dikembangkan oleh Piedmont (1999; 2001) dan skala 24 -item dengan tiga sub-skala: Universalitas, Doa Pemenuhan, dan Keterhubungan, masing-masing dengan 8 item. menggunakan skala Likert mulai dari 1= sangat tidak setuju untuk 5=sangat setuju. Skor pada skala ini telah ditunjukkan untuk memprediksi berbagai terkait konstruksi spiritual (Piedmont 2004). Piedmont dan Leach ( 2002) juga menunjukkan bahwa STS umum lintas-budaya untuk sampel India Muslim, Kristen, dan Hindu.

SUBSCALE pada STS pada STS ini terdapat 3 subskala Fullfil for Prayer (pemenuhan doa), Universalitation (universalitas) dan Connected (keterhubugngan) untuk mengukur spiritual tansendensi seseorang berikut penjelasannya :

Pemenuhan Doa, subscale ini menunjukkan bahwa ada saat-saat ketika seseorang memperoleh beberapa kepuasan emosional dari doa dan/atau mediasi. mendekati spiritualitas keagamaan tradisional dan mewakili pengalaman sukacita atau kepuasan yang dihasilkan dari pertemuan pribadi dengan realitas transenden selama doa atau meditasi Namun, ada kalanya tekanan hidup sehari-hari mengganggu, atau mencegah, Seseorang terlibat dalam praktik semacam itu. Jika skor Seseorang lebih tinggi, maka dia termasuk yang membuat ruang khusus dalam hidupnya yang dikhususkan untuk meditasi dan doa secara teratur. Individu yang mendapat skor tinggi cenderung mencari rasa pribadi kepuasan emosional, kekuatan, dan dukungan dalam upaya mereka untuk terhubung dengan beberapa kenyataan yang lebih besar. Waktu yang dihabiskan dalam kesendirian positif ini memberikan fortifikasi dan perasaan pembaharuan emosional selama masa krisis dan stres. Mereka yang mendapat skor lebih rendah dari rata-rata cenderung tidak melibatkan diri dengan jenis pekerjaan batin. Berbagai upaya untuk meditasi atau berdoa lebih serampangan di alam dan dangkal secara mendalam. Individu tersebut mudah terganggu oleh tuntutan langsung dari kehidupan mereka dari kegiatan meditasi .

Universalitas, Subscale ini mencerminkan keyakinan bahwa ada beberapa hal dalam hidup yang orang merasa dekat (misalnya, orang-orang disekitar, organisasi atau kelompok dll), tetapi ada juga aspek kehidupan yang individu mungkin merasa jauh atau sebagai orang asing. Skor tinggi merupakan keyakinan bahwa semua kehidupan saling berhubungan. Ada keyakinan bahwa semua orang berbagi ikatan yang sama dan warisan yang mengungguli perbedaan eksternal. Melihat manusia sebagai single, tubuh saling melahirkan rasa hormat yang luas bagi orang lain dan kebutuhan yang sesuai untuk melindungi kehidupan dalam segala bentuknya. Menyakiti salah satu elemen bisa melukai keseluruhan. Skor rendah mencerminkan lebih "pergi sendiri" jenis sikap, bahwa setiap orang perlu mengandalkan dia/dirinya sendiri. Kemanusiaan dapat dipandang hanya sebagai kumpulan individu, beberapa mungkin dilihat sebagai lebih mirip dengan diri sendiri daripada yang lain.

Keterhubungan, mencerminkan keyakinan bahwa hubungan penting namun komitmen seseorang kepada orang lain mungkin terbatas pada individu-individu tertentu. Skor tinggi merupakan keyakinan bahwa seseorang seperti hub roda, dengan jari-jari memancar ke segala arah. Ini " jari-jari " mewakili hubungan seseorang, serta kewajiban, bagi mereka yang mendahului orang ( misalnya orang tua, kakek-nenek, nenek moyang seseorang), bagi mereka yang ikut menempati dunia saat ini baik langsung (keluarga saat ini, teman, rekan - pekerja) dan distal (orang asing yang mungkin membutuhkan), bagi mereka yang akan datang setelahnya (misalnya, anak-anak, cucu, generasi mendatang). Mereka yang skor tinggi pada dimensi ini pengalaman rasa tanggung jawab khusus (dan rasa syukur) untuk banyak hadiah yang diterima dari orang-orang yang datang sebelum, mengenali kebutuhan untuk tumbuh karunia-karunia ini dengan berbagi dengan orang lain, dan melihat kewajiban untuk memastikan bahwa kebijaksanaan dan kekayaan generasi ini ditransmisikan ke orang-orang yang datang setelah. Skor rendah mencerminkan potensi kesulitan untuk menemukan rasa memiliki dan makna dalam setiap jenis kelompok atau masyarakat. Individu tersebut dapat memiliki perasaan terisolasi dan/atau keterasingan dari orang lain. Skor rendah akan mencerminkan kecenderungan untuk melihat kehidupan seseorang hanya dari kedekatan sejarah pribadi seseorang.

QUALITY Of PSYCHOMETRI STS telah dipelajari secara intensif. Kedua faktor eksploratori dan analisis konfimatory dan ditemukan dari berbagai jurnal dan peneltian tentang psikologi dukungan untuk struktur tiga faktor (Piedmont 1999), meskipun dalam satu penelitian di kalangan mahasiswa India, dukungan yang cukup hanya ditemukan dua dari tiga faktor (Piedmont dan Leach2002 ). konsistensi internal dari skala Keterhubungan tidak cukup α=0,23-0,65 ( Bartlett et al 2003; . Piedmont 1999 , 2001 , 2004; Piedmont dan Leach 2002; Leach dan Lark 2004). Sebuah uji validitas, unik untuk kuesioner ini, adalah perbandingan antara laporan diri dan pengamat peringkat pada dimensi yang sama. Tampaknya ada hubungan erat antara berapa spiritual seseorang menganggap dirinya dan bagaimana seorang kenalan menilai tingkat subjek dari spiritualityr = 0,38-0,55 ( Piedmont 1999 , 2001 ).
Dalam tes akhir dari model, semua tindakan fit dalam analisis faktor konfirmatori (CFA) yang memuaskan kecuali untuk statistik Chi -Square yang, ketika dimodifikasi dengan x2/d.f baru dapat diterima ( Piedmont , 1999). alpha koefisien yang dapat diterima untuk PF dan UN, (keduanya .85), namun , CON adalah agak kurang ( 0,65 ). Hasil yang sama yang nyata di Piedmont baru-baru ini (Piedmont tahun 2001, 2004; Piedment & Leach , 2002) studi, di mana subskala ini jatuh di bawah tingkat yang dapat diterima . Piedmont dan Leach ( 2002) berhasil divalidasi STS dalam sampel ( N5365 ) dari Hindu, Muslim , dan Kristen di India.

penulis kemudian menghapus item CON bermasalah, yang mengakibatkan secara signifikan fit model dengan data (CFI dan IFI adalah semua di atas .90 tingkat yang dapat diterima) untuk dua faktor, PF dan UN. PF khususnya menunjukkan kurva non - normal. Sehubungan dengan ini , ( 2004) studi Leach dan Lark menemukan alpha dari 0,72 , kedua temuan menunjukkan validitas konstruk dipertanyakan untuk PF . Namun, secara signifikan berkorelasi dengan ukuran agama perilaku , spiritualitas , dan kesejahteraan , dan menjelaskan signifikan tambahan varians terhadap variabel FFM ( Leach & Lark , 2004 , Piedmont , 1999 , 2001 ; Piedmont & Leach , 2002; Slater et al , 2001)  Singkatnya, STS telah terbukti langkah yang efektif , tetapi struktur internal telah bermasalah dan Banyak item termasuk kata-kata yang mungkin tidak jelas atau memukul mundur untuk beberapa orang seperti " Saya telah memiliki setidaknya satu pengalaman ' puncak ' " dan " Saya percaya bahwa kematian adalah pintu ke pesawat lain dari keberadaan " .

Berikut contoh STS yang didapat langsung dari blog Piedmont (hanya 9 dari 24 item, masing-masing dimensi ada 3
  

Section II.
Strongly
Agree

Agree

Neutral

Disagree
Strongly
Disagree
  1. In the quiet of my prayers and /or meditations‚ I find a sense of wholeness.

1

1

1

1

1
  2. I have done things in my life because I believed it would please a parent‚ relative‚ or friend that had died.

1

1

1

1

1
  3. Although dead‚ memories and thoughts of some of my relatives continue to influence my current life.

1

1

1

1

1
  4. I find inner strength and/or peace from my prayers and/or meditations.

1

1

1

1

1
  5. I do not have any strong emotional ties to someone who has died.

1

1

 1

1

1
  6. There is no higher plane of consciousness or spirituality that binds all people.

1

1

1

1

1
  7. Although individual people may be difficult‚ I feel an emotional bond with all of humanity.

1

1

1

1

1
  8. My prayers and/or meditations provide me with a sense of emotional support.

1

1

1

1

1
  9. I feel that on a higher level all of us share a common bond.

1

1

1

1

1

Tabel di bawah ini menyajikan kisaran rata-rata skor menurut kelompok jenis kelamin dan usia 


Gender


Age


Total
STS

Prayer
Fulfillment
Items 1‚ 4‚ 8


Universality
Items 6‚ 7‚ 9

Connected-
ness
Items 2‚ 3‚ 5


Women

Up to age 21
Ages 21 - 30
Ages 30 and up

29-35
32-38
35-39

9-12
11-13
11-14

9-12
11-13
11-13

10-12
10-13
10-12


Men

Up to age 21
Ages 21 - 30
Ages 30 and up

27-33
23-29
34-38

8-11
7-11
13-15

9-11
6-10
11-13

9-12
8-11
10-12

Jika total nilai Seseorang jatuh dalam kisaran ini, maka ia memiliki kepentingan dalam memahami lebih luas, masalah transenden, tetapi juga memiliki kepedulian untuk kebutuhan mendesak.  Jika skor Seseorang lebih tinggi dari nilai-nilai ini, maka Seseorang memiliki Spiritual Transenden Orientasi yang kuat. Dan begitupun sebaliknya.

Berikut ini table item-item dari sts setelah yang di revisi setelah model fit  (Piedmont 2004)



SUMBER REFERNSI:
POSITIVE EMOTIONS AND SPIRITUALITY Self-transcendent Positive Emotions Increase Spirituality Through Basic World Assumptions
Patty Van Cappellen1, Vassilis Saroglou1, Caroline Iweins1, Maria Piovesana1, and Barbara L.
Fredrickson  Université catholique de Louvain University of North Carolina, Chapel Hill
Short title: Positive Emotions and Spirituality Department of Psychology 308 Davie Hall, CB 3270 Chapel Hill, NC 27599 E-mail: pattyv@unc.edu

MEASURING TRANSCENDENCE: EXTRACTING CORE
CONSTRUCTS Errol Akyalcin, M. Psych Philip Greenway, Ph.D. Lisa Milne, D. Psych Melbourne, Australia
Mental Health, Religion & Culture March 2007; 10(2): 89–107

Cross-cultural generalizability of the Spiritual Transcendence Scale to the Philippines: Spirituality as a human universal RALPH L. PIEDMONT Loyola College in Maryland, Columbia, MD, USA

Measuring Spirituality as a Universal Human Experience: A Review of Spirituality Questionnaires Eltica de Jager Meezenbroek Bert Garssen Machteld van den Berg Dirk van Dierendonck

Adriaan Visser Wilmar B. Schaufeli Published online: 20 July 2010 _ The Author(s) 2010. This article is published with open access at Springerlink.com J Relig Health (2012) 51:336–354 DOI 10.1007/s10943-010-9376-1