Pengertian Anak Berbakat
Pengertian anak berbakat dan
keberbakatan dalam perkembangannya telah mengalami berbagai perubahan.
Perubahan konsep intelegensi dari faktor tunggal ke faktor jamak memberi
pengaruh yang cukup besar terhadap pendekatan konsep keberbakatan. Dalam
pendekatan faktor tunggal, makna keberbakatan sama artinya dengan pemilikan
intelegensi tinggi yang sifatnya genetis (keturunan). Sedangkan dalam
pendekatan jamak, keberbakatan ialah keunggulan dalam kemampuan tertentu yang
berbeda-beda. Keberbakatan juga dapat diartikan sebagai ciri-ciri universal
khusus dan luar biasa yang dibawa sejak lahir, maupun hasil interaksi dari
pengaruh lingkungan.
Menurut Milgram, R.M. (1991:10),
anak berbakat adalah mereka yang mempunyai skor IQ 140 atau lebih yang diukur
dengan instrumen stanford Binet (Terman, 1925), mempunyai kreativitas tinggi
(Guilford, 1956), kemampuan memimpin dan kemampuan dalam seni drama, seni
musik, seni tari dan seni rupa (Marland, 1972). Anak berbakat adalah anak
yang memiliki satu interaksi diantara tiga sifat dasar manusia yang menyatukan
ikatan yang terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di atas kemampuan
rata-rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas-tugas dan kreativitas yang
tinggi.
Walaupun
adanya definisi yang banyak, para pemimpin telah dikonsepkan di pendidikan
anak-anak berbakat sebagai individu yang secara aktif mempertahankan dan
merubah proses sosial (Foster, 1981). Bakat sosial individu merupakan mereka
yang memiliki kapasitas kedewasaan, hubungan produktif yang luar biasa. Seperti
individu-individu yang memamerkan kesadaran sosial dan etnik yang matang.
Mereka membantu mengembangkan relasi sosial diantara publik dengan menganjurkan
untuk lebih realistik dan bersimpati dengan satu sama lain dan dengan
merangsang perilaku positif.
Ellison
et. Al. (1976) mengkarakteristikan murid-murid SMA yang mempunyai bakat
artistik sebagai orang yang bertanggung jawab dan dapat diandalkan; memilih
literatur klasik daripada novel; lebih suka musik klasik; sangat kompetitif,
percaya diri dan ambisius; lebih suka bekerja sendiri dan berpendapat bahwa
diri mereka unggul dalam keepatan penyelesaian daripada pekerjaan artistik dan
akademik dan kepemilikan pengetahuan yang luas dan tehnik dilahan mereka.
Penulis manyarankan bahwa informasi biografikal seperti itu bisa membantu dalam
identifikasi murid-murid yang berpotensi meraih dalam pengejaran artistik.
2.2 Karakteristik Anak Berbakat
Sifat-sifat positif biasanya dianggap sebagai tanda-tanda anak
berbakat yang mungkin tidak diketahui, dengan adanya perilaku negatif yang
lebih menonjol yang merupakan karakteristik berbakat. Anak berbakat dari latar
belakang budaya yang berbeda-beda juga mungkin tidak diketahui jika mereka
mengekspresikan bakat mereka dengan cara yang berbeda dari anak-anak dalam
budaya mayoritas.
Berdasarkan wawancara dengan anggota tiga komunitas Hispanik di
Texas, Bernal (1978) Hispanik anak berbakat ditandai dapat dengan cepat
mempelajari bahasa Inggris, menunjukkan kepemimpinan dengan cara yang
kadang-kadang mengganggu, menerima tanggung jawab umum yang disediakan untuk
anak-anak yang lebih tua, dan merancang permainan imajinatif dari mainan
sederhana atau benda-benda rumah tangga. Ini termasuk kemampuan untuk
mengekspresikan perasaan dan emosi dalam cerita, gerakan, dan seni visual,
kemampuan untuk berimprovisasi dengan bahan yang biasa; penggunaan citra kaya;
keterampilan dalam kegiatan kelompok; rasa humor; orisinalitas ide; kegigihan
dalam pemecahan masalah; pemahaman tentang perasaan orang lain, dan kemampuan
untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan.
Pengetahuan tentang karakteristik khas anak-anak berbakat dan
remaja dapat membantu guru dan orangtua untuk mengenali potensi dan instruksi
yang sesuai rencana. Beberapa daftar
yang tersedia untuk mengidentifikasi karunia dan bakat dalam
intelektual, spesifik akademik, kepemimpinan kreatif, dan bidang artistik.
Meskipun daftar ini sangat membantu, pengguna harus menjaga beberapa
pertimbangan dalam pikiran. Pertama, individu berbakat banyak yang tidak cocok
dengan salah satu kategori tertentu. Kedua, beberapa individu berbakat tidak akan menampilkan ciri khas yang
dijelaskan dan mungkin sebenarnya menunjukkan hal yang lebih negatif daripada
perilaku positif. Ketiga, cara-cara di mana karakteristik berbakat yang
diidentifikasi sangat mungkin di seluruh kelompok budaya.
Untuk
mengenali karakteristik anak-anak berbakat dapat dilihat beberapa segi
diantaranya :
1.
Potensi
Potensi ini dapat disebabkan oleh faktor keturunan. Anak-anak
berbakat berkembang lebih cepat atau bahkan sangat cepat bila dibandingkan
dengan ukuran perkembangan yang normal. Selain potensi intelegensi, anak-anak
berbakat memiliki keunggulan pada aspek psikologis yang lain, yaitu emosi.
Menurut French (1959) dan Gearheart (1980) anak-anak yang berbakat memiliki
stabilitas emosi yang mantap sehingga mereka akan mampu mengendalikan
masalah-masalah personal (Heward, 1980). Rasa tanggung jawab mereka sangat
tinggi serta mempunyai cita rasa humor yang tinggi pula.
Karakteristik
sosial yang dimiliki anak-anak berbakat ialah cakap mengevaluasi keterbatasan
dan kelebihan yang dimiliki dirinya dan orang lain. Sifat ini akan membuat anak
berbakat tampil bijaksana.
2.
Cara menghadapi masalah
Karakteristik yang dimiliki anak berbakat
dalam menghadapi masalah diantaranya:
a) Mereka mampu melihat hubungan permasalahan itu secara komprehensif
dan juga mengaplikasikan konsep-konsep yang kompleks dalam situasi yang
kongkrit.
b) Mereka akan terpusat
pada pencapai tujuan yang ditetapkan (Gearheart, 1980)
c) Mereka suka bekerja
secara independent dan membutuhkan kebebasan dalam bergerak dan bertindak
d) Mereka menyukai
cara-cara baru dalam mengerjakan sesuatu dan mempunyai intens untuk berkreasi
(Meyen, 1978)
3.
Kemampuan (prestasi) yang dapat
dicapai
Prestasi anak berbakat dapat ditinjau dari segi fisik,
psikologis, akademik dan sosial. Prestasi fisik yang dapat dicapai oleh
anak-anak berbakat ialah mereka memiliki daya tahan tubuh yang prima serta
koordinasi gerak fisik yang harmonis (French, 1959). Anak berbakat mampu
berjalan dan berbicara lebih awal dibandingkan dengan masa berjalan anak-anak
normal (Swanson, 1979).
Secara psikologis, anak berbakat memiliki
kemampuan emosi yang unggul dan secara sosial pada umumnya mereka adalah
anak-anak yang populer serta lebih mudah diterima (Gearheart, Heward,1980). Berdasarkan
prestasi akademik, anak berbakat pada dasarnya memiliki sistem syaraf pusat
(otak dan spinal cord) yang prima. Oleh karena itu anak-anak berbakat dapat
mencapai tingkat kognitif yang tinggi.
Selain memiliki keunggulan-keunggulan
diatas, anak-anak berbakat mempunyai karakteristik negatif diantaranya (menurut
Swassing):
1.
Mampu mengaktualisasikan
pernyataan secara fisik berdasarkan pemahaman pengetahuan yang sedikit
2.
Dapat mendominasi diskusi
3.
Tidak sabar untuk segera maju ke
tingkat berikutnya
4.
Suka ribut
5.
Memilih kegiatan membaca dari pada
berpartisipasi aktif dalam kegiatan masyarakat, atau kegiatan fisik
6.
Suka melawan aturan,
petunjuk-petunjuk atau prosedur tertentu
7.
Jika memimpin diskusi akan membawa
situasi diskusi ke situasi yang harus selalu tuntas.
8.
Frustasi disebabkan tidak jalannya
aktivitas sehari-hari
9.
Menjadi bosan karena banyak hal
yang diulang-ulang
10. Menggunakan humor untuk memanipulasi sesuatu
11. Melawan jadwal yang (hanya) didasarkan atas pertimbangan waktu
saja bukan atas pertimbangan tugas
12. Mungkin akan kehilangan interns dengan cepat
Temuan Terman (1926) yang
berkaitan dengan sekolah dan prestasi dapat diringkas sebagai berikut :
1.
Anak berbakat cenderung kurang
menampilkan sikap negatif terhadap sekolah
2.
Hampir setengah dari anak
berbakat mulai membaca sebelum sekolah, dan sebagian besar belajar dengan
sedikit atau tanpa instruksi formal
3.
Setengah dari anak berbakat
dilaporkan oleh orang tua mereka untuk memiliki kemampuan unggul dalam
aritmatika, dan sepertiga yang dilaporkan oleh orang tua mereka untuk memiliki
kemampuan unggul dalam musik
4.
Anak yang berbakat tinggi
dibuktikan dengan kemampuan mereka pada usia dini, menunjukkan karakteristik
seperti keinginan untuk belajar membaca, pemahaman yang cepat, rasa ingin tahu
tak terpuaskan, memiliki informasi lengkap, memori yang superior, pidato awal,
dan kosa kata yang luar biasa maju. Mereka juga cenderung lebih memilih teman
bermain yang lebih tua dari mereka
5.
Rata-rata anak berbakat mencetak skor 40% diatas level harapan
usia kronologisnya pada ukuran penghargaan tetapi pada tingkat kelas hanya 14%
diatas normal untuk usia kronologisnya
6.
Anak berbakat cenderung lebih unggul di semua bidang prestasi
7.
Anak-anak berbakat lebih tertarik daripada anak-anak tidak
terpilih dalam mata pelajaran abstrak, dan kurang tertarik pada mata pelajaran
pragmatis
8.
Anak berbakat menyatakan minat lebih dari anak-anak yang
dikontrol
9.
Dibandingkan dengan anak-anak yang dikontrol, anak berbakat
membaca lebih dan meliputi berbagai topik, ilmu pengetahuan, sejarah, biografi,
perjalanan, cerita rakyat, informasi fiksi, puisi, dan drama. Anak-anak
berbakat kurang menyukai membaca petualangan, misteri, dan fiksi emosional
daripada melakukan anak-anak yang dikontrol.
2.2.1 Karakteristik
Anak Berbakat Intelektual
Karakteristik anak berbakat intelektual, diantaranya :
-
Kemajuan kosakata
-
Ketertarikan awal di buku dan membaca
-
Kemampuan membaca awal dengan otodidak membaca pada usia dini
-
Membaca sendiri, sering mencari untuk tingkat buku-buku dewasa
-
Belajar cepat dan mudah mengingat informasi faktual
-
Persepsi yang cepat dalam hubungan sebab-akibat
-
Tingkat keingintahuan yang tinggi dan dibuktikan oleh banyak
pertanyaan "bagaimana" dan "mengapa"
-
Mempunyai kenikmatan untuk bermain dengan anak-anak yang lebih
tua
-
Mencari ketertarikan dan mengumpulkan barang-barang
-
Rentang perhatian yang panjang untuk usia
-
Standar diri yang tinggi
-
Selera humor dewasa
-
Preferensi untuk pengalaman baru dan menantang
-
Retensi informasi
-
Tingkat perencanaan, pemecahan masalah, dan pemikiran
abstrak yang tinggi dibandingkan dengan
teman sebayanya
-
Kemampuan untuk menggeneralisasi yang cepat dari prinsip-prinsip
dan mencari persamaan dan perbedaan
-
Memiliki sebuah gudang informasi yang luar biasa besar tentang
berbagai topik
-
Cenderung menjadi mudah bosan dengan tugas-tugas rutin
-
Memiliki kepedulian terhadap masalah etika, masalah benar dan
salah, dan topik orang dewasa seperti agama dan politik
2.2.2 Karakteristik
Anak Berbakat Kepemimpinan dan Sosial
Daftar dari
karakteristik ynag mengindikasikan potensi kepemimpinan dan bakat sosial dalam
anak yang cukup umur untuk sekolah termasuk diantaranya :
- Keterlibatan
dalam perusahaan sosial, berkontribusi secara aktif dan positif
- Popularitas
di antara teman sebaya
- Interaksi
yang mudah denagn anak dan orang dewasa
- Kecenderungan
untuk beradaptasi dengan mudah terhadap situasi baru
- Kecenderungan
utnuk mendominasi orang lain dan aktivitas
- Kecenderungan
untuk dilihat oleh orang lain dari ide dan keputusannya
- Kecenderungan
untuk dipilih pertama oleh teman-teman sebayanya
- Kemampuan
untuk mengemban tanggung jawab dan dapat diandalkan
- Pengetahuan
tentang menyelesaikan masalah
- Kemampuan
untuk mengekspresikan diri dengan baik
- Kesenangan
utnuk berada di antara orang lain
- Kemampuan
utnuk merangsang perilaku baik kepada orang lain
2.2.3 Karakterstik
Anak Berbakat Musik, Seni, dan Drama
Daftar
berikut merupakan anak-anak yang berkarakterisasi dengan potensi bakat dalam
musik, seni dan drama yang dikumpulkan dari karya Bloom (1982), Chetelat
(1981), Karnes dan Associates (1978) Luca dan Allicen (1974), Renzulli et al
(1976) dan Szekely (1981).
Anak
yang berpotensi berbakat dalam musik cendrung menunjukan prilaku dan sikap
sebagai berikut
·
Membuat
nada-:nada orisinil
·
Menikmati dan
mencari aktifitas musikal dan kesempatan untuk mendengarkan dan menciptakan
musik.
·
Merespon secara
sensitif terhadap musik.
·
Mudah mengingat
dan membuat kembali melodi-melodi dan pola irama.
·
Memilih dan
mendiskusikan tutur belakang suara dan instrumen individu.
·
Memainkan
instrumen musik.
·
Mempunyai pita
yang sempurna.
Anak
yang berpotensi berbakat dalam seni cendrung menunjukan prilaku dan sikap
sebagai berikut:
·
Mengisi waktu
luang dengan menggambar, melukis, dll.
·
Mendemonstrasikan
imaginasi yang tidak biasa
·
Menggambar apa
saja
·
Mengingat
sesuatu secara detail
·
Menganggap
aktifitas seni dan menerima kepuasan
·
Merencanakan
komposisi dari karya seninya
·
Berani mencoba
media yang berbeda
·
Menghasilkan
karya original dengan gaya khas, keseimbangan
·
Menunjukan pengembangan
yang dipercepat dari kemampuan teknik dalam seni
Anak
yang berbakat dalam drama :
·
Menunjukan
ketertarikan dalam aktivitas dramatis dan suka rela untuk memainkan sebuah
peranan
·
Mudah
menghubungkan cerita dengan gestur tubuh dan ekspresi muka.
2.3 Kebutuhan
Anak Berbakat
(Agustyawati
& Solicha, 2009) Dalam undang-undang dasar Republik Indonesia tentang
pendidikan menyebutkan bahwa tujuan dan pelaksanaan pendidikan nasional
haruslah berkeadilan dan setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu, tidak terkecuali. Anak yang memiliki
potensi kecerdasan dan berbakat istimewa adalah kelompok minoritas yang
membutuhkan layanan pendidikan
spesifik agar potensi kecerdasan dan keberbakatannya dapat berkembang sehingga mencapai
aktualisasi diri yang optimal.
Tanpa
pelayanan pendidikan yang sesuai, maka kelompok anak cerdas istimewa dan
berbakat istimewa akan menjadi kelompok marginal yang gagal memberikan
sumbangan yang optimal bagi kesuksesan bangsa ini. Terkait dengan hal tersebut,
perlu adanya suatu alternatif pendidikan dimana, alternatif pendidikan ini
harus sesuai dengan karakteristik dan identifikasi dari anak yang cerdas dan
berbakat istimewa serta alternatif pendidikannya masih kontroversi di dunia
pendidikan dan psikologi.
Dalam
model multitatornya Mönks menyatakan bahwa potensi berkecerdasan istimewa
(giftedness) yang dikemukakan Renzulli tidak akan terwujud jika tidak
mendapatkan dukungan yang baik dari sekolah, keluarga, dan lingkungan dimana
anak tinggal (Mönks & Ypenburg, 1995). Dengan model Renzulli-Mönks, maka
pendidikan anak cerdas istimewa tidak dapat dilepaskan dari bagaimana peranan
orang tua dan lingkungan dalam menanggapi gejala/sinyal berkecerdasan istimewa
(giftedness), toleransi terhadap berbagai karakteristik yang ditampilkannya
maupun berbagai gangguan tumbuh kembangnya yang menjadi penyulit baginya; serta
bagaimana peranan orang tua dalam mengupayakan layanan pendidikan.
Dengan
model pendekatan ini, artinya perlu adanya keterlibatan pihak orang tua dalam
pengasuhan di rumah agar berpartisipasi secara penuh dan simultan dengan
layanan pendidikannya di sekolah. Dengan menggunakan Triadich Renzulli-Mönks
ini, maka akan terjadi penuntutan agar sistem pendidikan, keluarga, dan
lingkungan dapat memberikan dukungan yang baik dan mengupayakan agar anak didik
dapat mencapai prestasi istimewanya, sehingga diharapkan tidak akan terjadi
adanya kondisi prestasi rendah (underachiever) dari seorang anak berkecerdasan
istimewa.
Anak
dengan potensi kepemimpinan mungkin juga memperlihatkan kebutuhan untuk sukses
dan dikenal, rapuh terhadap penolakan dan frustasi dengan ketidakaktifan dan
tidak sempurnanya hal yang diinginkan. Berdasarkan dari karakteristik mereka
dan keperluan dari masyarakat modern, kebutuhan pendidikan dari
pemimpin-pemimpin potensial termasuk kesempatan untuk interaksi grup, mendorong
dalam pembelajaran untuk pengikut yang efektif sama seperti pemimpin,
pengalaman dalam menentukan tujuan yang realistik, bimbingan dalam merasakan
pendekatan alternatif terhadap tujuan yang dicapai, membantu dalam
mengkalarifikasi nilai-nilai personal dan prioritas, membantu dalam mempelajari untuk bekerja sama dengan
individu-individu yang mempunyai nilai-nilai yang berbeda, membantu dalam
memperoleh kesadaran dari masalah-masalah manusia yang kompleks dan alam ilmu
pengetahuan dan membantu dalam memperoleh penghargaan untuk perbedaan individu
dan nilai dari hidup manusia.
2.4 Permasalahan Anak Berbakat
Keberbakatan
merupakan anugerah yang dapat menimbulkan permasalahan bagi penyandangnya
apabila mereka tidak memperoleh dukungan dan bantuan yang diperlukannya.
Permasalahan itu terutama timbul pada masa remaja. (Buescher dan Higham (1990))
mengemukakan bahwa anak-anak berbakat antara usia 11 dan 15 tahun sering menghadapi
berbagai masalah sebagai akibat dari keberbakatannya yang meliputi:
perfeksionisme, competitiveness, penilaian yang tidak realistis terhadap
keberbakatannya, penolakan dari teman sebaya, kebingungan akibat
"pesan-pesan" yang beraneka ragam sehubungan dengan bakatnya, dan
tekanan dari orang tua serta masyarakat agar berprestasi, di samping
permasalahan yang ditimbulkan oleh program sekolah yang tidak menantang atau
terlalu tingginya ekspektasi terhadap diri mereka.
Beberapa
anak berbakat mengalami kesulitan dalam mendapatkan dan memilih teman, memilih
jurusan di sekolah atau perguruan tinggi, dan akhirnya juga mengalami kesulitan
dalam memilih karir. Masalah-masalah perkembangan yang dialami oleh semua
remaja juga dialami oleh remaja berbakat tetapi masalahnya dibuat lebih
kompleks oleh kebutuhan khusus dan karakteristik anak berbakat.
Berikut
ini adalah gambaran dari kesulitan utama remaja berbakat menurut Buescher dan
Higham (1990) :
1.
Kepemilikan
Remaja berbakat pada saat yang sama memiliki tetapi
juga mempertanyakan validitas dan realitas kemampuan yang mereka miliki.
Sementara dalam banyak kasus bakat mereka telah diketahui sejak usia dini,
tetapi keraguan tentang ketepatan identifikasinya dan obyektivitas dari orang
tua atau guru terus melekat (Delisle & Galbraith, 1987; Galbraith, 1983).
Konflik yang timbul, baik ringan maupun parah, perlu diatasi dengan memperoleh
kepemilikan yang lebih matang dan rasa tanggung jawab pada anak berbakat itu.
Tekanan lain yang sering dialami siswa berbakat adalah perasaan bahwa karena
mereka telah dianugerahi banyak sekali kelebihan, maka mereka dituntut untuk
memberi banyak pula. Sering tersirat seolah- olah kemampuan mereka itu milik
orang tuanya, guru-gurunya dan masyarakatnya.
2.
Dissonansi
Dari pengakuan mereka sendiri, remaja berbakat sering
merasa seperti orang perfeksionis (ingin selalu sempurna). Mereka telah
terbiasa menetapkan standar yang tinggi, berharap dapat melakukan hal-hal yang
di luar jangkauan kemampuannya. Karena sejak masa kanak-kanak selalu berkeinginan
melakukan tugas-tugas berat secara sempurna, maka hal itu menjadi kebiasaan
yang bertumpuk pada masa remaja. Tidak jarang bagi remaja berbakat mengalami
dissonansi antara apa yang sesungguhnya mereka lakukan dengan kualitas hasil
pekerjaan yang mereka harapkan. Sering kali dissonansi yang dipersepsi oleh
anak remaja itu jauh lebih besar daripada apa yang disadari oleh orang tua atau
gurunya.
3.
Ambil Resiko
Sementara sifat berani ambil resiko dipandang sebagai
karakteristik anak berbakat, ironisnya karakteristik tersebut semakin pudar
seiring dengan bertambahnya usia mereka, sehingga remaja yang cerdas itu
cenderung kurang berani ambil resiko dibanding remaja pada umumnya. Mengapa
pergeseran perilaku tersebut terjadi? Remaja berbakat tampaknya lebih sadar
akan dampak kegiatan-kegiatan tertentu, baik yang positif maupun negatif.
Mereka mampu mengukur keuntungan dan kerugian secara pasti dari berbagai
kesempatan yang ada dan mampu menimbang berbagai alternatifnya. Oleh karenanya,
bila mereka merasa bahwa tidak memiliki ketangkasan dan kecerdasan yang
memadai, maka mereka menolak melakukan kegiatan-kegiatan yang mengandung beban
resiko (misalnya penempatan dalam tingkat pelajaran yang jauh lebih tinggi,
persaingan yang ketat, presentasi publik), di mana tingkat keberhasilan yang
tinggi kurang dapat diprediksi dan pencapaian dengan standar yang lebih rendah
kurang dapat diterima di mata mereka. Satu kemungkinan lain penyebab kurangnya
keberanian ambil resiko ini adalah kebutuhan mereka untuk menjaga kontrol
pribadi, agar tetap berada di dalam lingkaran pengaruh sehingga hubungan yang
penuh tantangan, pelajaran dan guru yang penuh tuntutan, atau persaingan yang
keras tidak dapat masuk tanpa kontrol pribadinya.
4.
Melawan Ekspektasi
Remaja rentan terhadap kritik, saran, dan serangan
emosional dari orang lain. Orang tua, teman, saudara, dan guru semuanya
berkeinginan menambahkan ekspektasi dan pengamatan mereka sendiri pada tujuan
dan keinginan siswa yang paling cerdas sekali pun. Sering kali ekspektasi orang
lain bagi anak berbakat bersaing dengan cita-cita dan rencana mereka sendiri.
Delisle (1985), mengemukakan bahwa "perbendaharaan" ekspektasi remaja
berbakat itu harus melawan arus keinginan dan tuntutan orang lain. Semakin
besar bakat anak itu, akan semakin besar pula ekspektasi dan upaya campur
tangan dari pihak luar. Ketidaksabaran : Sebagaimana layaknya remaja pada
umumnya, siswa berbakat dapat kehilangan kesabarannya dalam mencari solusi
untuk masalah-masalah yang sulit, mengembangkan persahabatan yang memuaskan,
dan dalam memilih alternatif yang sulit tetapi paling cepat untuk mengambil
keputusan-keputusan yang kompleks. Kecenderungan untuk mengambil keputusan-keputusan
yang impulsif, ditambah dengan bakat yang luar biasa, dapat membuat remaja muda
itu tidak bertoleransi terhadap situasi-situasi yang ambigu dan tak
terpecahkan. Ketidaksabaran mereka karena tidak adanya jawaban yang memuaskan,
tidak adanya opsi atau keputusan yang jelas akan membuatnya bergantung pada
perasaan kebijaksanaannya yang belum matang. Rasa marah dan kecewa yang timbul
akibat gagalnya mencapai pemecahan yang cepat itu akan sangat sulit diatasi,
terutama bila teman-teman sebayanya mencemoohkan kegagalan tersebut.
5.
Identitas Prematur
Tampaknya bahwa beban yang ditanggung remaja berbakat
dalam memenuhi tantangan ekspektasi, toleransinya yang rendah terhadap
ambiguitas, dan akibat tekanan dari berbagai pihak, semuanya merupakan
pendorong baginya untuk mencapai identitas seperti orang dewasa secara terlalu
dini, suatu tahap perkembangan yang normalnya dicapai setelah orang berusia 21
tahun. Hal ini dapat menciptakan masalah yang serius bagi remaja berbakat.
Mereka mungkin akan mencapai tahap pemilihan karir secara prematur yang akan
memotong kompas dalam menuju krisis dan pemecahan identitas dengan proses yang
normal. Bila konselor dan orang tua menyadari kesulitan-kesulitan yang dihadapi
remaja berbakat tersebut, maka mereka akan dapat lebih memahami dan membantu
remaja berbakat. Orang dewasa yang memiliki perhatian akan dapat membantu
anak-anak muda tersebut untuk "memiliki" dan mengembangkan bakatnya
serta dapat menyesuaikan dirinya secara baik dengan strategi yang tepat.
2.5 Menangani
Anak Berbakat
Kemampuan dasar atau bakat luar biasa yang
dimiliki seorang anak memerlukan serangkaian perangsang (stimulasi) yang
sistematis, terencana dan terjadwal agar apa yang ada, yang dimiliki menjadi
aktual dan berfungsi sebaik-baiknya. Membiarkan seorang anak berkembang sesuai
dengan azas kematangan saja akan menyebabkan perkembangan menjadi tidak
sempurna dan bakat-bakat luar biasa yang sebetulnya memiliki potensi yang dapat
dikembangkan menjadi tidak berfungsi.
Peran lingkungan sebagai pemicu rangsang
sangat besar dalam ikut menentukan sampai di mana tahapan, terealitas dan hasil
akhir dari suatu perkembangan dicapai. Pendidikan khusus yang direncanakan
diberikan kepada anak-anak khusus (anak berbakat luar biasa), jelas mempunyai
tujuan mengaktualisasikan seluruh potensi yang dimiliki seorang anak agar bisa
mencapai prestasi yang luar biasa, sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
pendidik, masyarakat dan pemerintah.
Dalam usaha mempengaruhi perkembangan anak
untuk mengaktualisasikan seluruh potensi yang dimiliki agar berfungsi secara
optimal terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar mencapai hasil
yang diharapkan, ialah :
a. Faktor
yang ada pada anak itu sendiri,
yaitu mengenal anak. Mengenali dalam arti mengetahui semua ciri khusus yang ada
pada anak secara obyektif. Dalam usaha memberikan pendidikan khusus kepada anak
berbakat perlu terlebih dahulu membedakan beberapa pengertian, yakni :
1) Berbakat luar biasa
pada fungsi-fungsi yang berhubungan dengan proses informasi (kognitif) dan
karena itu mempengaruhi aspek-aspek lain.
2) Berbakat luar biasa
hanya pada salah satu atau beberapa aspek, bisa mengenai aspek kognitif atau
aspek yang berhubungan dengan keterampilan-keterampilan khusus. Sedangkan
aspek-aspek lain secara umum tergolong biasa saja.
b. Faktor kurikulum yang meliputi:
1) Isi dan cara
pelaksanaan yang disesuaikan dengan keadaan anak (Child centered) dan
dengan sendirinya telah dilakukan identifikasi mengenai keadaan khusus yang ada
pada anak secara obyektif.
2) Perlu ditekankan
bahwa kurikulum pada pendidikan khusus hendaknya tidak terlepas dari kurikulum
dasar yang diberikan untuk anak lain, Perbedaan hanya terletak pada penekanan
dan penambahan sesuatu bidang sesuai dengan kebutuhannya dan tetap terpadu
dengan kurikulum dasar.
3) Kurikulum khusus
diarahkan agar perangsangan yang diberikan mempunyai pengaruh untuk menambah
atau memperkaya program (enrichment program) dan tidak semata-mata
untuk mempercepat (accelerate) berfungsi sesuai bakat luar biasa yang
dimiliki.
4) Isi kurikulum harus
mengarah .pada perkembangan kemampuan anak yang berorientasi inovatif dan tidak
reproduktif serta berorientasi untuk mencapai sesuatu dan tidak hanya sekedar
memunculkan apa yang dimiliki tanpa dilatih menjadi kreatif.
Kreativitas
yang diarahkan agar tertanam sikap hidup yang mau mengabdi, melayani dan
mengamalkan pengetahuannya untuk kemajuan mesyarakat bangsa dan Negara.Menurut
Virgil Ward, pendidikan anak berbakat intelektual berbeda dengan anak yang lain
dan seyogyanya amat menekankan pada aspek aktivitas intelektualnya. Disamping
itu, pembelajaran anak berbakat harus diwarnai kecepatan dan tingkat
kompleksitas yang lebih sesuai kemampuannya yang secara riil lebih tinggi dari
anak biasa.
Anak
berbakat memerlukan perlakuan dan penanganan khusus agar anak berbakat dapat
berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Tugas guru
dan orangtua adalah mengkondisikan situasi lingkungan belajar anak agar mampu
mendukung tumbuh kembang keberbakatannya sesuai dengan spesifikasi yang dimiliki.
2.6 Program
Khusus untuk Anak Berbakat
Ketidakhadiran
perlengkapan pelayanan pendidikan untuk kebutuhan mereka, anak berbakat sering
secara signifikan berfungsi di bawah level yang diharapkan. Kemudian,
pertanyaan yang logis adalah apakah pelayanan pendidikan yang spesial telah
efektif dalam mendorong murid berbakat untuk tampil pada level yang lebih
sepadan dengan kemampuan tinggi mereka. Anak berbakat dalam program spesial
membuat pencapaian besar yang signifikan dibandingkan yang dilakukan anak berbakat
yang sama di kelas reguler. Prestasi akademik yang menyertai kelas spesial
meningkat dari rata-rata 2 tahun dibandingkan dengan rata-rata yang meningkat
dalam 1 tahun diantara kelompok dalam kelas reguler. Poin ini cukup
menyimpulkan bahwa banyak murid berbakat di bawah pencapaian dalam program
reguler yang tidak dibedakan tapi meningkat ketika pelayanan didesain untuk
menemukan kebutuhan unik mereka.
Tidak
dapat dipungkiri bahwa anak berbakat memerlukan program spesial untuk
mendukung keunikan mereka. Salah satu program yang mereka
butuhkan adalah kelas yang lebih maju (advance classes) dimana tersedia untuk
siswa program pilihan untuk merespon antara program yang ditawarkan dengan
kemampuan yang mereka miliki. Program ini menawarkan kelas yang lebih maju
dalam bidang matematika, seni bahasa, musik, sains, seni atau sosial. Bagi
mereka yang unggul di bidang matematika mereka bisa mengikuti program advance
math dan yang lainnya mengikuti program kelas reguler. Bagi mereka yang
memiliki keunggulan dalam semua hal mereka bisa mengikuti kelas advance secara
penuh.
Selain
itu, beberapa universitas memilih untuk menawarkan pelajaran bagi anak cerdas
istimewa dan berbakat istimewa yang tertarik untuk memajukan atau memperkaya
kemampuannya. Kelas ini biasanya membahas materi-materi yang lebih sulit, yang
tidak dibahas di sekolah. Dengan cara itu, mereka dapat mengembangkan
keunggulan mereka, lebih maju melebihi kurikulum kelas reguler. Program ini
belum digunakan di Indonesia, program ini biasanya dilakukan di negara-negara
maju seperti Amerika dan Inggris.
Peserta didik berbakat mempunyai
empat katagori, yaitu sebagai berikut:
1. Mempunyai
kemampuan intelektual atau mempunyai intelegensi yang menyeluruh, mengacu pada
kemampuan berpikir secara abstrak dan mampu memecahkan masalah secara
sistematis dan masuk akal.
2. Kemampuan
intelektual khusus mengacu pada kemampuan yang berbeda dalam matematika, bahasa
asing, musik atau ilmu pengetahuan alam.
3. Berfikir kreatif
atau berfikir murni menyeluruh. Umumnya mampua berpikir untuk memecahkan
permasalahan yang tidak umum dan memerlukan pemikiran tinggi.
4. Mempunyai bakat
kreatif khusus, bersifat orisinil, dan berbeda dengan orang lain.
Meskipun kebijakan di Indonesia
jelas menunjang pelayanan pendidikan khusus bagi anak berbakat, akan tetapi
banyak yang mempertanyakan perlunya hal itu. Mereka berpendapat bahwa jika anak
betul-betul berbakat ia akan dapat memenuhi kebutuhan pendidikannya sendiri.
Ada pula yang beranggapan bahwa jika guru melakukan tugasnya dengan baik, anak
berbakat tidak memerlukan perhatian khusus, berbeda dengan mereka yang
menyandang ketunaan. Sehubungan timbulnya permasalahan ini dapat dikemukakan
beberapa pertimbangan atau alasan (rasional) mengapa pelayanan pendidikan
khusus bagi yang berbakat perlu, yaitu:
1. Keberbakatan tumbuh darai proses
interaktif antara lingkungan yang merangsang dan kemampuan pembawaan dan
prosesnya. Pengembangan potensi pembawan ini akan paling mudah dan paling mudah
dan paling efektif jika dimulai sejak usia dini, yaitu tahun pertama dari
kehidupan. Dengan kata lain anak berbakat memerlukan program yang sesuai dengan
perkembangannya.
2. Pendidikan atau sekoalah hendaknya
dapat memberikan kesempatan pendidikan yang sama kepada semua anak untuk
mengembangkan potensinya (bakat-bakatnya) sepenuhnya. Ditinjau dari segi ini
adalah tanggung jawab dari pendidikan yang demokratis untuk memberikan
pelayanan pendidikan khusus bagi mereka yang berkemampuan unggul atau berbakat
istimewa agar dapat mewujudkan diri sepenuhnya.
3. Jika anak berbakat dibatasi dan
dihambat dalam perkembangannya, jika mereka tidak dimungkinkan untuk maju lebih
cepat dan memperoleh materi pengajaran sesuai dengan kemampuannya, sering
mereka menjadi bosan, jengkel atau acuh tak acuh.
4. Anak berbakat merasa bahwa minat
dan gagasan mereka sering berbeda dari teman sebaya, hal ini dapat membuat
mereka merasa terisolasi, merasa dirinya lain daripada yang lain, sehingga
tidak jarang mereka membentuk konsep diri yang negatif.
5. Jika kebutuhan anak berbakat
dipertimbangkan, dan dirancang program untuk memenuhi kebutuhan pendidikan
mereka sejak awal maka mereka menunjukkan peningkatan yang nyata dalam prestasi
sehingga tumbuh rasa kompetensi dan rasa harga diri.
6. Mereka yang berbakat jika diberi
kesempatan dan pelayanan pendidikan yang sesuai akan dapat memberi sumbangan
yang bermakna kepada masyarakat dalam semua bidang usaha manusia.
7. Dari sejarah tokoh-tokoh yang
unggul dalam bidang tertentu (seperti kasus di atas) ternyata memang ada di
antara mereka yang semasa kecil atau sewaktu di bangku sekolah tidak dikenal
atau bahkan dijauhi karena dianggap berbeda dengan teman-temannya, namun mereka
berhasil dalam hidup.
Sekolah yang menyediakan program untuk anak-anak berbakat umumnya
telah membentuk prosedur formal untuk mengakui anak-anak untuk program-program
khusus. Prosedur bervariasi dari satu distrik ke distrik, tergantung pada
definisi keberbakatan yang digunakan dan apakah negara mengelola program
berbakat di bawah peraturan pendidikan khusus atau umum. Meskipun berbagai
prosedur, empat langkah dasar yang umum: (a) arahan, (b) penilaian, (c)
seleksi, dan (d) penempatan. Arahan didasarkan atas pertimbangan guru, nominasi
orang tua, nilai raport, skor tes kelompok, atau gabungan hal-hal tersebut.
penilaian mencakup penetapan tingkat kemampuan anak yang dirujuk berdasarkan
serangkaian tes, yang pada umumnya mencakup pengukuran inteligensi, tes
prestasi, atau tes pemecahan masalah. Seleksi dilakukan hanya setelah anak
diasesmen dan dinyatakan berpotensi memiliki keberbakatan dan tingkat kemampuannya
sudah ditetapkan. Keputusan penempatan didasarkan atas informasi tersebut,
kebutuhan anak, serta pilihan program yang tersedia. (Florey & Tafoya,
1988).
Program
khusus untuk pendidikan anak berbakat ini dibuat karena anak-anak berbakat
mempunyai kebutuhan pendidikan khusus. Anak-anak ini telah menguasai banyak
konsep ketika mereka ditempatkan di satu kelas tertentu, sehingga sebagian
besar waktu sekolah mereka akan terbuang percuma. Mereka mempunyai kebutuhan
yang sama dengan siswa-siswa lainnya, yaitu kesempatan yang konsisten untuk
belajar bahan baru dan untuk mengembangkan perilaku yang memungkinkan mereka
mengatasi tantangan dan perjuangan dalam belajar sesuatu yang baru. Akan sangat
sulit bagi anak-anak berbakat ini memenuhi kebutuhan tersebut bila mereka
ditempatkan dalam kelas yang heterogen.(Winebrenner & Devlin, 1996).
Terdapat
tiga model layanan pendidikan bagi anak-anak berbakat, yaitu (1) model inklusi
(inclusion model), (2) tracking system dan (3) cluster grouping model (model
pengelompokan terbatas).
·
Model Inklusi
Dalam model layanan ini, anak-anak berbakat
ditempatkan sekelas (inklusif) dengan anak-anak lain, termasuk anak-anak
penyandang kebutuhan pendidikan khusus lainnya seperti anak berkesulitan
belajar (learning disabled) dan anak cacat. Guru yang telah memperoleh
pelatihan khusus dalam bidang keberbakatan memberikan perhatian khusus kepada
anak-anak berbakat ini agar kebutuhan pendidikan khususnya terpenuhi. Layanan
khusus itu terutama berupa pemberian materi pengayaan. Dalam model ini, anak
berbakat sering difungsikan sebagai tutor bagi anak-anak lain. (Winebrenner
& Devlin, 1996).
·
Tracking System
Dalam tracking system, siswa-siswa diklasifikasikan
berdasarkan kemampuannya, dan setiap klasifikasi ditempatkan dalam satu kelas
yang sama. Jadi, anak-anak berbakat akan berada dalam kelas khusus siswa
berbakat sepanjang masa sekolahnya. (Winebrenner & Devlin, 1996).
·
Model Cluster Grouping
Dalam model ini, anak-anak berbakat dari semua
tingkatan kelas yang sama di satu sekolah (biasanya mereka yang termasuk 5%
dari siswa berprestasi tertinggi dalam populasi tingkatan kelasnya),
dikelompokkan dalam satu kelas. Kelompok tersebut terdiri dari 5 sampai 8 siswa
berbakat, dibimbing oleh seorang guru yang telah memperoleh pelatihan dalam
mengajar anak-anak berkemampuan luar biasa. Jika terdapat lebih dari 8 anak
berbakat, maka mereka dikelompokkan ke dalam dua atau tiga cluster group. Pada
umumnya, satu cluster group itu belajar bersama-sama dengan anak-anak lain dari
berbagai tingkat kemampuan, tetapi dalam bidang keluarbiasaannya (misalnya
matematika), mereka belajar secara terpisah. (Winebrenner & Devlin, 1996).
Langkah pertama dalam memiliki anak dipertimbangkan untuk
program berbakat adalah merujuk anak melalui semacam proses penyaringan. Idealnya,
setiap anak di sekolah tersebut akan secara berjangka dinilai oleh psikolog sekolah disertifikasi
atau ahli diagnosa menggunakan perangkat penilaian yang dikelola secara
individu untuk semua jenis keberbakatan. Sayangnya, menilai setiap anak secara
individual hanya pada satu jenis tes adalah kendala dalam hal waktu dan uang.
Menimbang bahwa banyak kabupaten yang membagi pelajar berbakat numerik sebagai
5 persen lebih, 1 sampai anak-anak usia sekolah, individu menilai semua siswa
akan merupakan penggunaan efisien sumber daya yang langka. Oleh karena itu, sekolah
yang menggunakan proses penyaringan yang memungkinkan pertimbangan semua siswa
dengan menggunakan satu atau beberapa mekanisme yang secara diberikan sebagai
dasar bagi anak-anak pencalonan individu spesifik untuk penilaian lebih lanjut.
Pemutaran metode biasanya meliputi (a)penilaian guru, (b) nominasi orang tua,
(c) skor tes kelompok, dan (d) kombinasi ini dan indikator lainnya.
Penilaian subjektif guru telah menjadi musuh kriteria utama dalam
mengidentifikasi pelajar berbakat, dan survei dari prosedur pemeriksaan saat
ini terus menunjukkan ketergantungan pada arahan guru (Gear, 1976). Meskipun
beberapa penelitian telah mempertanyakan keakuratan penilaian guru dalam
mengidentifikasi anak berbakat, penyelidikan baru-baru ini mengindikasikan
bahwa arahan guru dapat menjadi sumber daya berharga penyaringan, dengan
ketentuan bahwa guru telah menerima pelatihan tentang pengidentifikasian
karakteristiksiswa berbakat. Berdasarkan hasil penelaahannya literatur tentang
keakuratan penilaian guru dalam mengidentifikasi anak berbakat, Gear
menyimpulkan bahwa "guru relatif miskin pada tugas" (gear, 1976, hal
486). Akurasi indeks termasuk (a) efektivitas, atau presentase dikonfirmasi
berbakat yang dicalonkan oleh guru sebagai berbakat, dan (b) efisiensi, atau
presentase siswa dicalonkan yang benar-benar mencapai kriteria untuk bakat.
Beberapa skala penilaian telah dikembangkan untuk membantu guru
menjadi lebih efektif pengidentifikasian siswa berbakat. Mungkin skala
penilaian guru yang paling banyak digunakan adalah (1971) skala Renzulli
Hartman untuk Rating Karakteristik Perilaku Siswa Superior (SRBCSS). Skala
meminta para guru untuk menilai siswa pada delapan sampai sepuluh masing-masing
item dalam empat bidang: (a) belajar (misalnya, "memiliki penguasaan cepat
dan mengingat informasi faktual"), (b) motivasi (misalnya, "mudah
bosan dengan tugas rutin "), (c) kreatifitas (misalnya," adalah
seorang pengambil risiko, adalah petualang dan spekulatif "), dan (d)
kepemimpinan (misalnya," tampaknya disukai oleh teman-teman ").
Dibuat peringkat dalam hal frekuensi perilaku diamati pada skala
1 sampai 4. Item yang membentuk skala itu berasal dari review karakteristik
siswa unggul dan lapangan dirasakan oleh guru dan konselor beberapa sekolah. Renzulli
dan rekan penulis juga menemukan bahwa belajar dan skala motivasi berkorelasi
dengan baik dengan langkah-langkah yang digunakan untuk memilih siswa untuk
program berbakat akademis dan yang berorientasi pada skala kreativitas
berkorelasi positif dengan skor verbal Tes Torrance dari Berpikir Kreatif.
Renzulli dan rekan penulis merekomendasikan bahwa SRBCSS hanya
digunakan sebagai bantuan untuk guru dalam hubungannya dengan langkah-langkah
lain dan bukan merupakan satu-satunya kriteria untuk menentukan keberbakatan.
Timbangan juga dapat digunakan untuk membantu rencana program yang konsisten
dengan kekuatan individu siswa. Studi ini memperingatkan
bahwa faktor-analitik terbaru tahun 1971 menyarankan bahwa skor SRBCSS pada
empat skala bisa dijelaskan oleh satu faktor utama-belajar-karena guru
cenderung menilai siswa berdasarkan prestasi sebagai lawan dari kreativitas dan
kepemimpinan.
Para penulis menyimpulkan bahwa meskipun SRBCSS merupakan awal
yang baik, exsists memerlukan dukungan empiris lebih untuk penggunaan skala
dalam mengidentifikasi karakteristik di empat wilayah yang berbeda. Versi 1976
dari SRBCSS meliputi enam skala tambahan: (a) artistik (misalnya,
"menghasilkan keseimbangan dan ketertiban dalam karya seni"), (b)
musik (misalnya, "dengan penuh semangat berpartisipasi dalam kegiatan
musikal"), (c) drama (misalnya, "menangani tubuh dengan mudah dan
ketenangan untuk" nya usia tertentu), (d) komunikasi presisi (misalnya,
"berbicara dan menulis secara langsung"), (e) komunikasi ekspresif
(misalnya , "adalah sebuah cerita yang menarik"), dan (f) perencanaan
(misalnya, "mengatur kerjanya baik").
Guru peringkat pertama, ketiga, keempat-, dan
siswa kelas lima pada seni, musik, dan drama ditemukan sesuai dengan identifikasi
siswa berbakat oleh spesialis dalam seni dan musik.
Demikian pula, Karnes dan rekan (1978a, b) telah mengembangkan
bakat prasekolah yang terdiri dari enam skala nilai dengan format Likert: intelektual,
membaca akademik (matematika dan ilmu pengetahuan), kreatif, kepemimpinan,
visual, dan seni pertunjukan (seni dan musik ), dan psikomotorik.