Pages

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Rabu, 12 Februari 2014

INTELEGENSI

Pengertian Intelegensi

            Intelegensi berasal dari bahasa Latin kuno, Intelligence yang digunakan untuk menunjukkan adanya perbedaan individual dalam hal kemampuan atau kecakapan mental (mental ability). Kecerdasan (intelegensi) merupakan istilah yang hampir tidak dikenal pada percakapan sehari-hari seabad lalu. Selama setengah terakhir abad ke-19, para cendekiawan dan ilmuwan tertarik pada teori Charles Darwin bahwa perbedaan spesies terjadi karena seleksi alam. Dua dari mereka, filosof Herbert Spencer dan keponakan Darwin, Francis Galton, tertarik pada perbedaan intraspesies dalam hal karakteristik mental dan perilaku.Orang-orang ini dan pengikutnya mengatakan bahwa dalam diri manusia terdapat tingkat kemampuan mental umum (general intelligence) bawaan-lahir yang mereka katakan sebagai kecerdasan.




Tidak seperti Spencer, Galton tidak hanya berspekulasi dan berpendapat tentang sifat alami kecerdasan. Ia berusaha menunjukkan sifat-sifat keturunan kecerdasan dengan mempelajari pohon keluarga dan mengadakan berbagai tes diskriminasi sensori dan waktu reaksi untuk mengukur komponennya. Tes sensorimotor ini dan yang lainnya (tes kecepatan gerakan, kekuatan otot, kepekaan otot, kepekaan rasa sakit, perbedaan berat badan, dan lain-lain) dipelajari secara ekstensif oleh psikolog Amerika, J.McKeen Cattell. Sayangnya, tes ini terbukti relatif tidak bermanfaat sebagai prediktor pencapaian pada tugas sekolah dan tugas lain yang barangkali membutuhkan kecerdasan.
Perbedaan mencolok dari prosedur analitis mencoba mengukur komponen kecerdasan ini adalah pendekatan yang dilakukan oleh Psikolog Perancis, Alfred Binet. Ia mengatakan bahwa kecerdasan dimanifestasikan ke kinerja pada berbagai tugas, dan bahwa kecerdasan ini dapat diukur dengan melihat respons terhadap  sampel berbagai tugas.
Pada tahun 1905, Binet dan rekannya Theodore Simon, menerbitkan satu set tes kecerdasan, 30 tes pendek yang disusun berurutan dari yang termudah ke tersulit. Pekerjaan penelitian lainnya mengarah pada publikasi pada 1908 tentang skala revisi Binet-Simon yang terdiri dari 58 tugas yang disusun untuk level usia 3-13 tahun. Tugas dikelompokkan berdasar usia kronologis menurut penelitian yang menunjukkan apa yang dapat dikerjakan anak normal pada usia tertentu. Usia mental (mental age, MA) anak ditentukan dengan sejumlah subtes yang dilakukan pada setiap level, dan usia mental yang sangat rendah dibandingkan dengan usia kronologis anak dianggap merupakan indikasi keterbelakangan mental. Revisi terakhir skala ini diterbitkan pada 1911, tetapi setelah kematian Binet selama tahun yang sama, tempat perkembangan tes kecerdasan berikutnya bergeser ke Amerika Serikat dan Inggris.
Soetarlinah Sukadji (1998) menjelaskan bahwa tes yang sampai kini paling banyak oleh psikolog sekolah, konselor maupun psikolog klinis, yaitu Skala-Skala Wechsler yang menyarankan tes intelegensi yang sarat dengan faktor g (general), yaitu faktor umum yang mewakili berbagai tes intelegensi. David Wechsler mendefinisikan intelegensi sebagai kapasitas terpadu atau global yang dimiliki individu untuk bertindak dengan tujuan, berpikir secara rasional, dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif. Dapat dikatakan  bahwa Intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, Intelegensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional.
Sedangkan Marnat (1984) mengutip pendapat beberapa orang ahli tentang istilah Intelegensi sebagai berikut:
Stoddard, mengemukakan bahwa Intelegensi merupakan kemampuan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat sukar, rumit/kompleks, abstrak, efisien, beradaptasi untuk mencapai tujuan, mempunyai nilai sosial, orisinal. Dan berusaha mempertahankan kegiatan-kegiatan tersebut pada situasi-situasi yang membutuhkan konsentrasi, energi, serta bersifat resisten terhadap emosi.
Freeman, Intelegensi merupakan kemampuan adaptasi individu terhadap lingkungan secara keseluruhan ataupun aspek lingkungan yang terbatas, kemampuan mengorganisasikan pola tingkahlaku agar dapat bertindak lebih efektif pada situasi baru, sejauh mana seseorang dapat di didik, kemampuan untuk belajar, berpikir abstrak, penggunaan konsep dan simbol secara efektif dalam rangka memecahkan problema.
Gregory (1996) mencoba menghimpun beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut: Spearman (1904), Intelegensi merupakan suatu kemampuan umum individu yang melibatkan sebagian besar pendidikan yang dimilikinya dimana terkait satu dengan yang lainnya.
Binet dan Simon (1905), Intelegensi adalah kemampuan untuk menilai, mengerti, dan menalar dengan baik. Terman (1916), Intelegensi merupakan kapasitas untuk membentuk konsep-konsep dan memahami artinya Thorndike (1921), Intelegensi merupakan suatu kekuatan respon-respon individu yang dianggap baik dari sudut pandang yang benar dan nyata. Humphreys (1971), Intelegensi adalah semua keterampilan yang diperoleh, pengetahuan dan kecenderungan pertimbangan intelektual sebagai sifat dasar yang dimiliki seseorang dalam periode waktu tertentu.
Beberapa definisi telah dikemukakan oleh para ahli tetapi tampaknya belum ada definisi yang dianggap lengkap dan dapat diterima secara pasti. Namun demikian dari berbagai perbedaan sudut pandang tersebut, ada dua tema yang selalu muncul dalam definisi tersebut, di mana para ahli cenderung sepakat menyatakan bahwa Intelegensi merupakan (1) kapasitas untuk belajar dari pengalaman, (2) kapasitas seseorang untuk beradaptasi terhadap lingkungan.
Sternberg (dalam Gregory, 1996) memberikan gambaran faktor-faktor dan item-item yang mendasari konsep tentang Intelegensi menurut para ahli dan orang awam, ditunjukkan dalam tabel berikut:

Orang awam (laypersons)
Para ahli (experts)
Practical Problem-Solving Ability
·         Berpikir secara logis dan baik
·         Mengidentifikasi saling hubungan di antara berbagai gagasan
·         Melihat seluruh aspek suatu permasalahan
·         Berpikir terbuka
Verbal Intelligence
·     Menunjukkan perbendaharaan kata yang baik
·     Membaca dengan tingkat pemahaman yang tinggi
·     Menunjukkan rasa ingin tahu
·     Apakah dengan beralasan ingin tahu
Verbal Ability
·         Berbicara dengan jelas

·         Apakah secara lisan lancar
·         Sebaliknya baik
·         Apakah menguasai bidang pengetahuan tertentu
Problem-Solving Ability
·     Dapat menggunakan pengetahuan untuk memecahkan permasalahan
·     Membuat keputusan dengan baik
·     Memproses permasalahan secara optimal
·     Menunjukkan akal sehat
Social Competence
·         Menerima orang lain seperti apa adanya
·         Mengakui kesalahan

·         Menunjukkan minat dalam lingkup pergaulan yang lebih luas
·         Apakah menepati waktu bila buat janji
Practical Intelligence
·      Menciptakan situasi yang kondusif
·      Menentukan bagaimana mencapai tujuan
·      Menunjukkan kepedulian/ kesadara terhadap dunia
·      Menunjukkan minat yang lebih luas terhadap dunia
           
Maka dapat disimpulkan bahwa di dalam Intelegensi terdapat hal-hal berikut ini:
·         Berpikir abstrak.
·         Belajar dari pengalaman.
·         Memecahkan persoalan lewat insight.
·         Penyesuaian terhadap situasi-situasi baru.
·         Memusatkan dan mempertahankan kemampuan untuk mencapai tujuan.

Keuntungan di dalam tes Intelegensi, antara lain:
·         Dapat meramalkan prestasi belajar dalam jangka pendek.
·         Memberikan suatu cara untuk menegtahui kekuatan dan kelemahan individu.
·         Mengungkap variabel penting dari kepribadian.
·         Memungkinkan para peneliti, pendidik dan praktisi klinis melacak perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada individu.

Kelemahan tes Intelegensi, antara lain:
·         Adanya keterbatasan dalam meramalkan keberhasilan karier pekerjaan.
·         Keterbatasan kemampuan untuk meramalkan keterampilan non-akademis (seperti krativitas, tingkat motivasi, ketajaman pemahaman atau penilaian sosial, dan hubungan interpersonal).
·         Bukan mengukur kemampuan innate dan menetap, sering tidak valid untuk digunakan pada kelompok minoritas.
·         Penekanan terlalu banyak pada hasil akhir kerja fungsi kognitif, cenderung mengabaikan prose yang berlangsung di dalamnya.

·         Tidak bebas budaya (beberapa tes Intelegensi tertentu)