Pengertian
Intelegensi
Intelegensi
berasal dari bahasa Latin kuno, Intelligence yang digunakan untuk menunjukkan
adanya perbedaan individual dalam hal kemampuan atau kecakapan mental (mental
ability). Kecerdasan (intelegensi) merupakan istilah yang hampir tidak dikenal
pada percakapan sehari-hari seabad lalu. Selama setengah terakhir abad ke-19,
para cendekiawan dan ilmuwan tertarik pada teori Charles Darwin bahwa perbedaan
spesies terjadi karena seleksi alam. Dua dari mereka, filosof Herbert Spencer
dan keponakan Darwin, Francis Galton, tertarik pada perbedaan intraspesies
dalam hal karakteristik mental dan perilaku.Orang-orang ini dan pengikutnya
mengatakan bahwa dalam diri manusia terdapat tingkat kemampuan mental umum (general
intelligence) bawaan-lahir yang mereka katakan sebagai kecerdasan.
Tidak
seperti Spencer, Galton tidak hanya berspekulasi dan berpendapat tentang sifat
alami kecerdasan. Ia berusaha menunjukkan sifat-sifat keturunan kecerdasan
dengan mempelajari pohon keluarga dan mengadakan berbagai tes diskriminasi
sensori dan waktu reaksi untuk mengukur komponennya. Tes sensorimotor ini dan
yang lainnya (tes kecepatan gerakan, kekuatan otot, kepekaan otot, kepekaan
rasa sakit, perbedaan berat badan, dan lain-lain) dipelajari secara ekstensif
oleh psikolog Amerika, J.McKeen Cattell. Sayangnya, tes ini terbukti relatif
tidak bermanfaat sebagai prediktor pencapaian pada tugas sekolah dan tugas lain
yang barangkali membutuhkan kecerdasan.
Perbedaan
mencolok dari prosedur analitis mencoba mengukur komponen kecerdasan ini adalah
pendekatan yang dilakukan oleh Psikolog Perancis, Alfred Binet. Ia mengatakan
bahwa kecerdasan dimanifestasikan ke kinerja pada berbagai tugas, dan bahwa
kecerdasan ini dapat diukur dengan melihat respons terhadap sampel berbagai tugas.
Pada
tahun 1905, Binet dan rekannya Theodore Simon, menerbitkan satu set tes
kecerdasan, 30 tes pendek yang disusun berurutan dari yang termudah ke
tersulit. Pekerjaan penelitian lainnya mengarah pada publikasi pada 1908
tentang skala revisi Binet-Simon yang terdiri dari 58 tugas yang disusun untuk
level usia 3-13 tahun. Tugas dikelompokkan berdasar usia kronologis menurut
penelitian yang menunjukkan apa yang dapat dikerjakan anak normal pada usia
tertentu. Usia mental (mental age, MA) anak ditentukan dengan sejumlah subtes
yang dilakukan pada setiap level, dan usia mental yang sangat rendah
dibandingkan dengan usia kronologis anak dianggap merupakan indikasi
keterbelakangan mental. Revisi terakhir skala ini diterbitkan pada 1911, tetapi
setelah kematian Binet selama tahun yang sama, tempat perkembangan tes
kecerdasan berikutnya bergeser ke Amerika Serikat dan Inggris.
Soetarlinah
Sukadji (1998) menjelaskan bahwa tes yang sampai kini paling banyak oleh
psikolog sekolah, konselor maupun psikolog klinis, yaitu Skala-Skala Wechsler
yang menyarankan tes intelegensi yang sarat dengan faktor g (general), yaitu
faktor umum yang mewakili berbagai tes intelegensi. David Wechsler
mendefinisikan intelegensi sebagai kapasitas terpadu atau global yang dimiliki
individu untuk bertindak dengan tujuan, berpikir secara rasional, dan
berinteraksi dengan lingkungan secara efektif. Dapat dikatakan bahwa Intelegensi adalah suatu kemampuan
mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu,
Intelegensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan
dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir
rasional.
Sedangkan
Marnat (1984) mengutip pendapat beberapa orang ahli tentang istilah Intelegensi
sebagai berikut:
Stoddard,
mengemukakan bahwa Intelegensi merupakan kemampuan untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang bersifat sukar, rumit/kompleks, abstrak, efisien,
beradaptasi untuk mencapai tujuan, mempunyai nilai sosial, orisinal. Dan berusaha
mempertahankan kegiatan-kegiatan tersebut pada situasi-situasi yang membutuhkan
konsentrasi, energi, serta bersifat resisten terhadap emosi.
Freeman,
Intelegensi merupakan kemampuan adaptasi individu terhadap lingkungan secara
keseluruhan ataupun aspek lingkungan yang terbatas, kemampuan mengorganisasikan
pola tingkahlaku agar dapat bertindak lebih efektif pada situasi baru, sejauh
mana seseorang dapat di didik, kemampuan untuk belajar, berpikir abstrak,
penggunaan konsep dan simbol secara efektif dalam rangka memecahkan problema.
Gregory
(1996) mencoba menghimpun beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para
ahli sebagai berikut: Spearman (1904), Intelegensi merupakan suatu kemampuan
umum individu yang melibatkan sebagian besar pendidikan yang dimilikinya dimana
terkait satu dengan yang lainnya.
Binet
dan Simon (1905), Intelegensi adalah kemampuan untuk menilai, mengerti, dan
menalar dengan baik. Terman (1916), Intelegensi merupakan kapasitas untuk
membentuk konsep-konsep dan memahami artinya Thorndike (1921), Intelegensi
merupakan suatu kekuatan respon-respon individu yang dianggap baik dari sudut
pandang yang benar dan nyata. Humphreys (1971), Intelegensi adalah semua
keterampilan yang diperoleh, pengetahuan dan kecenderungan pertimbangan intelektual
sebagai sifat dasar yang dimiliki seseorang dalam periode waktu tertentu.
Beberapa
definisi telah dikemukakan oleh para ahli tetapi tampaknya belum ada definisi
yang dianggap lengkap dan dapat diterima secara pasti. Namun demikian dari
berbagai perbedaan sudut pandang tersebut, ada dua tema yang selalu muncul
dalam definisi tersebut, di mana para ahli cenderung sepakat menyatakan bahwa
Intelegensi merupakan (1) kapasitas untuk belajar dari pengalaman, (2)
kapasitas seseorang untuk beradaptasi terhadap lingkungan.
Sternberg
(dalam Gregory, 1996) memberikan gambaran faktor-faktor dan item-item yang
mendasari konsep tentang Intelegensi menurut para ahli dan orang awam,
ditunjukkan dalam tabel berikut:
Orang awam
(laypersons)
|
Para ahli (experts)
|
Practical Problem-Solving Ability
·
Berpikir secara logis dan baik
·
Mengidentifikasi saling
hubungan di antara berbagai gagasan
·
Melihat seluruh aspek suatu
permasalahan
·
Berpikir terbuka
|
Verbal Intelligence
· Menunjukkan
perbendaharaan kata yang baik
· Membaca
dengan tingkat pemahaman yang tinggi
· Menunjukkan
rasa ingin tahu
· Apakah
dengan beralasan ingin tahu
|
Verbal Ability
·
Berbicara dengan jelas
·
Apakah secara lisan lancar
·
Sebaliknya baik
·
Apakah menguasai bidang
pengetahuan tertentu
|
Problem-Solving
Ability
· Dapat
menggunakan pengetahuan untuk memecahkan permasalahan
· Membuat
keputusan dengan baik
· Memproses
permasalahan secara optimal
· Menunjukkan
akal sehat
|
Social
Competence
·
Menerima orang lain seperti apa
adanya
·
Mengakui kesalahan
·
Menunjukkan minat dalam lingkup
pergaulan yang lebih luas
·
Apakah menepati waktu bila buat
janji
|
Practical
Intelligence
· Menciptakan
situasi yang kondusif
· Menentukan
bagaimana mencapai tujuan
· Menunjukkan
kepedulian/ kesadara terhadap dunia
· Menunjukkan
minat yang lebih luas terhadap dunia
|
Maka
dapat disimpulkan bahwa di dalam Intelegensi terdapat hal-hal berikut ini:
·
Berpikir
abstrak.
·
Belajar dari
pengalaman.
·
Memecahkan
persoalan lewat insight.
·
Penyesuaian
terhadap situasi-situasi baru.
·
Memusatkan dan
mempertahankan kemampuan untuk mencapai tujuan.
Keuntungan
di dalam tes Intelegensi, antara lain:
·
Dapat meramalkan
prestasi belajar dalam jangka pendek.
·
Memberikan suatu
cara untuk menegtahui kekuatan dan kelemahan individu.
·
Mengungkap
variabel penting dari kepribadian.
·
Memungkinkan
para peneliti, pendidik dan praktisi klinis melacak perubahan-perubahan yang
mungkin terjadi pada individu.
Kelemahan tes
Intelegensi, antara lain:
·
Adanya
keterbatasan dalam meramalkan keberhasilan karier pekerjaan.
·
Keterbatasan
kemampuan untuk meramalkan keterampilan non-akademis (seperti krativitas,
tingkat motivasi, ketajaman pemahaman atau penilaian sosial, dan hubungan
interpersonal).
·
Bukan mengukur
kemampuan innate dan menetap, sering tidak valid untuk digunakan pada kelompok
minoritas.
·
Penekanan terlalu
banyak pada hasil akhir kerja fungsi kognitif, cenderung mengabaikan prose yang
berlangsung di dalamnya.
·
Tidak bebas
budaya (beberapa tes Intelegensi tertentu)
0 komentar:
Posting Komentar