Pages

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Senin, 24 Desember 2012

Impian


Adalah satu hal yang menarik yang ada di Dalam hidup tiap diri kita, sesuatu yang mempunyai daya cipta yang diberikan oleh sang Maha mencipta, dengan itu kita dapat menjadi seorang yang kuat, mampu mengatasi tiap rintangan, mampu menaklukkan hadangan. Sesuatu yang tiap diri miliki, sesuatu yang amat bernilai, namun tidak setiap diri mampu memahami bagaimana berartinya hal tersebut, padahal dia tak harus membayar ataupun membelinya dari orang lain.

Ya hal itu adalah Mimpi atau Impian dan bisa juga dibilang cita-cita, kita tidak harus mendefinisikan secara konseptaul arti dari kata ini, tapi tiap-tiap dari kita sudah pasti tahu impian (kalau tidak tau, Sungguh terlalu............) Impian adalah seseuatu yang diinginkan oleh orang untuk kita capai, kita miliki, atau kita dapatkan; banyak yang bermimpi ingin jadi orang kaya, punya mobil mewah, punya istri cantik, rumah besar, beasiswa ke luar negeri, atau yang lebih spesifik jadi seorang enterpreneur , jadi dosen di universitas A, jadi pendakwah dan lain sebagainya.

Ya, tiap kita pasti mempunyai ini, namun pertanyaannya seberapa kuat impian itu mempengaruhi tindakan kita, sehingga mimpi itu tidak cuma menjadi angan-angan belaka. (Perlu dibedakan Impian itu sesuatu yang ingin diwujudkan sedangkan angan-angan tidak, ia hanya sebatas khayalan).

Sering di bahas bahwa kita manusia dalam menghasilkan sesuatu, mereka melakukannya 2 kali perwujudan, yang pertama kita ciptakan di pikiran kita dahulu, sehingga kita bisa tahu persis seperti apa yang kita inginkan, inilah yang disebut impian, lalu berikutnya yang ke2 mereka wujudkan dengan melakukannya.

Lalu apa pentingnya impian tersebut, mari kita bertanya lagi, apakah ada orang yang kita temui dalam kehidupan kita, tiba-tiba ia menjadi seorang jaksa hakim tanpa ia berpikir sebelumnya, atau tiba-tiba jadi orang sukses tanpa pernah bermimpi untuk menjadi orang sesukses itu, (kalaupun ada itu Cuma dalam cerita-cerita film drama, atau kalau masih ngotot kejadiannya 1 : 1000000 kemungkinan).

Sebuah impian yang kuat akan menghasilkan energi yang tak terbatas, energi itu akan terus muncul sampai impian itu menjadi kenyataan. Setiap kali kita memperbarui impian yang menjadikannya kuat setiap kali itu pula semangat dan energi baru muncul, jangan biarkan itu Cuma sebatas angan-angan belaka

Memang banyak yang bercerita bahwa untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan harus ada usaha yang kita lakukan, kalo bahasa melankolis tertatih-tatih, berjalan dengan menyeret luka bernanah. Tapi itu tidak berlaku ketika impian kita itu benar-benar kuat, energi yang ia hasilkan akan membuat itu semua ditaklukkan dan tak ada apa-apanya.

Maka dari itu mulai dari sekarang Ayo kita mulai menulis impian kita, mulai dari yang kecil sampai hal terbesar sedetail mungkin, sehingga arah kita menjadi terang dan jelas. Dan terus perbarui mimpi kita dengan semangat membara, agar apa yang kita impikan di wujudkan. Dan satu lagi hal yang paling terpenting, selalu libatkan Allah sang maha Kuasa di setiapnya, karna hanya dengan semua impian tadi di wujudkan dan dirahmati olehNya....

Kamis, 20 Desember 2012

Terapi Dengan Zikir

Terapi dengan zikr, zikir dalam arti sempit memilki makna “menyebut-nyebut nama nama Allah dalam berbagai kesempatan” sedangkan dalam arti luas, zikir mencakup pengertian mengingat segala keagungan Allah kepada kita sambil menaati segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya, menurut al-afshani , zikir adalah menghadirkan sesuatu baik dalam bentuk perasaan (hati) maupun perbuatan.

Zikir dapat dianggap sebagai tindakan yang menghubungkan mental dan/atau emosional seseorang individu dengan daya yang lebih tinggi yaitu Allah. Shalat dan zikir dapat digunakan dalam terapi sebagai salah satu dasar yang alat efektif. Kurangnya Seorang pasien muslim setia terhadap keinginan untuk berlatih Shalat dan zikir mungkin menjadi gejala penyakit yang dideritanya.

Pengulangan kata yang digunakan dalam Zikir dan doa mempengaruhi gelombang otak dan menenangkan individu. Relaksasi merangsang mengurangi konsumsi oksigen, menurunkan tingkat pernapasan, menurunkan detak jantung, menurunkan tekanan darah, dan meningkatkan gelombang alpha (Kao & Sinha, 1997, p. 280). Melalui penelitian ilmiah tentang frekuensi gelombang otak. Seseorang yang berada dalam kondisi kesadaran penuh, frekuensi gelombang otaknya di atas 13 Hz. Pada kondisi ini otak berada dalam keadaan Beta. Sementara seseorang yang sedang merenung atau dalam kondisi rileks menjelang tidur gelombang frekuensi otaknya berada dalam keadaan Alfa, frekuensinya 8-13 Hz.

Kondisi yang sama dijumpai pada orang yang tengah berdzikir ataupun relaksasi, maka kondisi getaran otaknya memasuki frekuensi gelombang ini. Akibatnya kondisi jiwanya menjadi lebih tenang, rileks, santai. Apabila frekuensi gelombang otak turun lagi, yaitu antara 4-7 Hz, maka otak dalam keadaan Teta, berada antara kondisi sadar dan tidak sadar. Kondisi wirid ataupun dzikir adalah antara keadaan Alfa dan Teta. Di sini seseorang mulai melepaskan kungkungan panca indranya dan masuk ke wilayah kesadaran universal, kesadaran Ilahiah. Pada kondisi ini seseorang bisa mengakses dan masuk ke sistem informasi canggih, bebas hambatan.

Frekuensi getaran jiwa akan menyambung dengan frekuensi alam semesta. Seseorang bisa mencapai ketenangan melebih ketenangan meditatif, dan ini sangat berpengaruh terhadap sistem syaraf dan sistem endokrin dan sangat berpengaruh kepada kelenjar Pineal yang menghasilkan hormon yang disebut melatonin, jika hormon ini dilepas ke seluruh tubuh maka kondisi jiwa akan menjadi tenang.

Secara normatif ayat Alquran yang mendukung adanya ketenangan itu ialah QS. al-Ra'd/ 13: 28: Yaitu) “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram”.

Pada kepercayaan timur Zikir juga sering disamakan dengan meditasi dan doa, dan telah digunakan untuk mendapatkan ketenangan, sukacita, kebahagiaan, koneksi, kesadaran, dan penyelidikan analitik. Hal tersebut meningkatkan pengalaman emosional manusia dan dapat membangun koneksi ke kekuatan yang lebih tinggi ketika seseorang merasa putus asa. Zikir dan Doa memurnikan hati, pikiran, dan jiwa, hal Ini adalah sumber harapan, keberanian, kepercayaan diri, dan kesabaran (Sarwar, 1980, hal. 74). Ini juga mengontrol kecemasan, depresi, dan masalah emosional lainnya (Athar, 1993, hal. 118).

Penelitian yang dilakukan oleh Comstock, et. al. (1972) sebagaimana termuat dalam Journal of Chronic Diseases (1972), menyatakan bahwa mereka yang melakukan kegiatan keagamaan secara teratur disertai dengan doa dan dzikir, ternyata resiko kematian akibat penyakit jantung koroner lebih rendah 50%, sementara kematian akibat emphysema (penggelembungan paru) lebih rendah 56%, kematian akibat cirrhosis hepatis (penyakit pengerasan hati) lebih rendah 74% dan kematian akibat bunuh diri lebih rendah 53%.

Clinebell (1980) dalam penelitiannya yang berjudul “The Role of Religion in the Prevention and Treatment of Addiction” menyatakan antara lain bahwa setiap orang apakah ia seorang yang beragama atau sekuler sekalipun mempunyai kebutuhan dasar yang sifatnya kerohanian (basic spiritual needs). Setiap orang membutuhkan rasa aman, tenteram, terlindung, bebas dari stres, cemas, depresi dan sejenisnya. Bagi mereka yang beragama (yang menghayati dan mengamalkan), kebutuhan rohani ini dapat diperoleh lewat penghayatan dan pengamalan keimanannya. Namun, bagi mereka yang sekuler jalan yang ditempuh adalah lewat penyalahgunaan NAZA (Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif lainnya), yang pada gilirannya dapat menimbulkan dampak negatif pada diri, keluarga dan masyarakat.

Penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan Cancerellaro, Larson dan Wilson (1982) terhadap pasien-pasien NAZA (Narkotika, Alkohol & Zat Adiktif) dan gangguan jiwa Skizofrenia, menyatakan bahwa komitmen agamanya tidak ada atau kurang. Dalam penelitian tersebut diperoleh data bahwa terapi medik-psikiatrik yang diberikan tidak memperoleh hasil yang optimal bila tanpa disertai dengan terapi keagamaan (terapi psikoreligius), yaitu dengan doa dan dzikir. Dengan diikutsertakan mereka dalam kegiatan keagamaan seperti berdoa dan berdzikir (selain diberikan terapi medik-psikiatrik), maka hasilnya jauh lebih baik.
Meditasi, Walsh (1999) menjelaskan bahwa hal itu, adalah praktik yang memperkaya kesadaran, perhatian, konsentrasi, sukacita, dan kasih sayang dengan memproduksi psychological well being, kedewasaan, dan kesadaran (hal. 180). Yoga juga adalah jenis meditasi. Walsh menjelaskan manfaat yoga meliputi etika, gaya hidup, postur tubuh, diet, kontrol napas, dan intelektual sintesis (Walsh, 1999, hal. 131). Oleh karena itu, meditasi, doa, yoga, dan praktik serupa berkontribusi pada pemulihan individu. dua studi epidemiologik yang dilakukan oleh ilmuwan Lindenthal (1970) dan Star (1971), menunjukkan bahwa mereka (penduduk) yang religius (beribadah, berdoa dan berdzikir) resiko untuk mengalami stres jauh lebih kecil daripada mereka yang tidak religius dalam kehidupan sehari-harinya.

Rabu, 19 Desember 2012

Hadist tentang menjaga kehormatan diri

 Hadist tentang menjaga kehormatan diri

Hadist 1 :
وعن حكيم بن حزام رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ أن النبي  قال: (اليد العليا خير من اليد السفلى، وابدأ بمن تعول، وخير الصدقة عن ظهر غنىً، ومن يستعفف يعفه اللَّه، ومن يستغن يغنه اللَّه) مُتَّفَقٌ عَلَيهِ
Dari Hakim bin Hizam R.A. bahwasanya Nabi SAW bersabda: "Tangan yang bagian atas -yang memberi- adalah lebih mulia daripada tangan yang bagian bawah -yang diberi-. Dan dahulukanlah dalam pemberian itu kepada orang-orang yang menjadi tanggunganmu -yakni yang wajib dinafkahi-. Sebaik-baik sedekah ialah yang diberikan di luar kebutuhan -yakni keadaan diri sendiri dan keluarga sudah dicukupi-. Barangsiapa yang enggan  meminta, maka Allah akan memberikan kecukupan padanya dan barangsiapa tidak membutuhkan pemberian manusia, maka Allah akan memberikan kekayaan padanya." (Muttafaq 'alaih)
Sebagaimana telah dijelaskan pada bahasan sebelumnya bahwa yang di­mak­sud tangan di atas adalah tangan yang memberi, sedangkan tangan yang di bawah adalah tangan yang meminta dan menerima pemberian. Seseorang harus lebih mengutamakan orang-orang yang menjadi tanggungannya dalam pemberian nafkah lahir dan bathin, seperti istri, anak, dan kedua orangtua yang membutuhkannya. Bila semua orang yang menjadi kewajibannya telah dapat dipenuhi kebutuhannya, barulah ia bersedekah. Dan sebaik-baik sedekah yang diberikannya adalah dengan ke­lebihan harta yang dimilikinya itu. Se­baliknya, sedekah yang makruh adalah sedekah yang dikeluarkan dari harta milik­nya dengan terpaksa dan dia sendiri sangat membutuhkannya untuk mencu­kupi kebutuhannya yang mendasar.


Hadist 2:
وعن ابن عمر رَضِيَ اللَّهُ عَنهُما أن النبي  قال: (لا تزال المسألة بأحدكم حتى يلقى اللَّه تعالى وليس في وجهه مُزْعَةُ لحم) مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.
Dari Ibnu Umar Radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabi SAW bersabda: "Tidak henti-hentinya permintaan itu menghinggapi seorang diantara engkau semua -yakni orang yang senantiasa mempunyai tabiat suka meminta-minta itu tidak akan berhenti-, sehingga ia menemui Allah Ta'ala -yaitu pada hari kiamat nanti- sedang di wajahnya itu tidak terdapat sepotong dagingpun -jadi dalam keadaan sangat hina dina-." (Muttafaq 'alaih)
  
Hadist 3 :
وعن أبي هريرة رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال، قال رَسُول اللَّهِ : (من سأل الناس تكثراً فإنما يسأل جمراً فليستقل أو ليستكثر) رَوَاهُ مُسلِمٌ.
Dari Abu Hurairah R.A., katanya: "Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang meminta-minta kepada orang-orang dengan maksud supaya menjadi banyak apa yang dimilikinya - jadi sudah cukup tetapi terus saja meminta-minta-, maka sebenarnyalah orang itu meminta bara api. Maka dari itu baiklah ia memilih hendak mempersedikitkan atau memperbanyakkan -siksanya-." (Riwayat Muslim).

Hadis di atas dapat diartikan bahwa orang sebagaimana yang tersebut itu yakni yang meminta-minta lebih dari keperluannya atau untuk mencari yang sebanyak-banyaknya akan disiksa dalam neraka dan oleh Rasulullah SAW dikiaskan sebagai orang-orang yang meminta bara api. Tetapi dapat pula diartikan dengan makna yang sebenarnya menurut lahiriyah sabda beliau SAW, yaitu bahwa bara api akan dimasukkan dalam seterika dan kepada orang sebagaimana di atas itu akan diseterikakan pada punggung dan lambungnya, seperti juga keadaan orang yang sudah berkewajiban zakat, namun enggan mengeluarkan atau menunaikan kewajiban zakatnya. Demikianlah yang diuraikan oleh al-Qadhi'Iyadh dalam menafsiri hadits di atas.


   Hadist 4 :
وعن أبي بشر قبيصة بن المخارق رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال: تحملت حمالة فأتيت رَسُول اللَّهِ  أسأله فيها فقال: (أقم حتى تأتينا الصدقة فنأمر لك بها) ثم قال: (يا قبيصة إن المسألة لا تحل إلا لأحد ثلاثة: رجل تحمل حمالة فحلت له المسألة حتى يصيبها ثم يمسك، ورجل أصابته جائحة اجتاحت ماله فحلت له المسألة حتى يصيب قواماً من عيش أو قال سداداً من عيش، ورجل أصابته فاقة حتى يقول ثلاثة من ذوي الحجى من قومه لقد أصابت فلاناً فاقة فحلت له المسألة حتى يصيب قواماً من عيش أو قال سداداً من عيش؛ فما سواهن من المسألة يا قبيصة سحت يأكلها صاحبها سحتا) رَوَاهُ مُسلِمٌ.
Dari Abu Bisyr yaitu Qabishah bin al-Mukhariq R.A., katanya: "Saya mempunyai beban sesuatu tanggungan harta -hamalah-, lalu saya datang kepada Rasulullah SAW untuk meminta sesuatu padanya guna melunasi tanggungan itu. Beliau SAW bersabda: "Berdiamlah di sini dulu sampai ada harta sedekah -zakat- yang datang pada kita, maka dengan harta itu kita akan menyuruh guna diberikan padamu," selanjutnya beliau SAW bersabda: "Hai Qabishah, sesungguhnya permintaan itu tidak boleh dilakukan kecuali untuk salah satu dari tiga macam orang ini, yaitu: seorang yang mempunyai beban sesuatu tanggungan harta -hamalah-, maka bolehlah ia meminta sehingga memperoleh sejumlah harta yang diperlukan tadi, kemudian menahan diri -jangan meminta-minta lagi-. Juga seorang yang mendapatkan sesuatu bencana, sehingga menyebabkan kemusnahan hartanya -lalu menjadi miskin-, maka bolehlah ia meminta, sehingga dapatlah ia memperoleh sesuatu untuk menutupi keperluan hidupnya," atau sabda beliau: "Sesuatu untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Demikian pula seorang yang dihinggapi oleh kemelaratan, sehingga ada tiga orang dari golongan orang-orang yang berakal di kalangan kaumnya mengatakan: "Benar-benar si Fulan itu telah dihinggapi oleh kemelaratan," maka orang semacam itu bolehlah meminta sehingga dapatlah ia memperoleh sesuatu untuk menutupi keperluan hidupnya," atau sabda beliau: "Sesuatu untuk mencukupi kebutuhan hidupnya." Adapun selain tiga macam orang tersebut di atas, maka permintaannya itu, hai Qabishah adalah merupakan suatu perbuatan dosa yang dimakan oleh orang yang memintanya tadi dengan memperoleh dosa." (Riwayat Muslim)
Di dalam hadist ini, diceritakan bahwa Abu Bisyr sedang menanggung suatu tanggungan, dan ia datang kepada rasul untuk meminta sesuatu untuk membayar utang tersebut. Lalu nabi menyuruh qabihsah untuk menunggu harta, atau zakat terlebih dahulu yang nantinya akan dipakai, lalu nabi memberikan sebuah nasehat, yaitu seseorang diperbolehkan meminta-minta dalam 3 keadaan :
                                                 I.                  Ketika seseorang menanggung beban diyat (denda) atau pelunasan hutang ke orang lain, ia boleh meminta-minta sampai ia melunasinya, kemudian berhenti.
                                              II.                  Ketika seseorang ditimpa musibah yang menghabiskan seluruh hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup.
                                           III.                  Ketika seseorang tertimpa kefakiran yang sangat sehingga disaksikan oleh 3 orang berakal cerdas dari kaumnya bahwa dia tertimpa kefakiran, maka  halal  baginya  meminta-minta  sampai  dia  mendapatkan  penegak  bagi kehidupannya.
   Dan itu merupakan  beberapa alasan yang membolehkan seseorang untuk meminta-minta, bahkan di hukum berdosa jika tetap melakukannya, tetapi ada beberapa dalil yang membolehkan untuk meminta-minta,
Di antara dalil-dalil syar’i yang menunjukkan bahwa meminta-minta  (sumbangan) untuk kepentingan agama dan kemaslahatan kaum muslimin itu diperbolehkan adalah pesan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam kepada para pemimpin perang ketika sebelum berangkat, yaitu sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam:
فَإِنْ هُمْ أَبَوْا فَسَلْهُمُ الْجِزْيَةَ فَإِنْ هُمْ أَجَابُوكَ فَاقْبَلْ مِنْهُمْ وَكُفَّ عَنْهُمْ فَإِنْ هُمْ أَبَوْا فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَقَاتِلْهُمْ
“ Jika mereka (orang-orang  kafir  yang  diperangi,  pent)  tidak  mau  masuk  Islam  maka mintalah Al-Jizyah dari mereka! Jika mereka memberikannya maka terimalah dan tahanlah dari (memerangi, pen)  mereka! Jika  mereka  tidak  mau  menyerahkan  Al-Jizyah  maka mintalah pertolongan kepada Allah dan perangilah mereka!”. 
Maka dari hadits di atas kita dapat mengambil pelajaran bahwa  meminta Al-Jizyah dari orang-orang  kafir tidak  termasuk  tasawwul  (mengemis atau meminta-minta yang dilarang) karena  Al-Jizyah  bukan  untuk  kepentingan pribadi tetapi untuk kaum muslimin.
Termasuk  dalam  pengertian  meminta  bantuan  untuk  kepentingan  kaum  muslimin adalah hadits yang menceritakan bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam juga pernah meminta bantuan seorang tukang kayu untuk membuatkan beliau mimbar. Sahl bin Sa’d As-Sa’idi Radhiyallaahu ‘anhuberkata:
بَعَثَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِلَى امْرَأَةٍ أَنْ مُرِى غُلاَمَكِ النَّجَّارَ يَعْمَلْ لِى أَعْوَادًا أَجْلِسُ عَلَيْهِنَّ
“Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah mengutus kepada seorang wanita: “Perintahkan anakmu yang tukang kayu itu untuk membuatkan untukku sebuah mimbar sehingga aku bisa duduk di atasnya!”
Al-Imam Al-Bukhari  Rahimahullah berkata: “Bab:Meminta bantuan kepada tukang kayu dan ahli pertukangan lainnya untuk membuat kayu-kayu mimbar dan masjid”
Al-Imam Ibnu Baththal  Rahimahullah berkata: “Di dalam hadits ini terdapat pelajaran tentang  bolehnya  meminta  bantuan  kepada  ahli pertukangan dan ahli kekayaan untuk segala hal yang manfaatnya meliputi kaum muslimin. Dan orang-orang yang bersegera melakukannya adalah disyukuri usahanya”. 
Sehingga dengan demikian,  kita  boleh  mengatakan: “Bantulah aku membangun masjid ini atau madrasah ini dan sebagainya”.  Atau  meminta  sumbangan  kepada  kaum muslimin  yang mampu untuk membangun masjid, madrasah dan sebagainya.
Dan dalam suatu hadist nabi Muhammad SAW juga pernah bersabda, dimana kita tidak boleh merendahkan harga diri kita didepan orang yang lebih kaya, atau semacamnya. Yang artinya “ Barangsiapa merengek-rengek pada orang kaya, meminta apa yang ada pada tangan mereka, maka telah hilang separuh agamanya”.
B.         Al-‘Iffah
Al-‘Iffah (menjaga kehormatan diri) adalah salah satu akhlak yang mulia. Jika seorang hamba menghias dirinya dengan akhlak ini maka dia akan dicintakan oleh Allah SWT dan juga disayangi oleh ramai orang.
Lebih khusus lagi, yang dimaksud dengan al-‘Iffah adalah sikap yang dapat menjaga seseorang dari melakukan perbuatan-perbuatan dosa, baik yang dapat dilakukan oleh tangan, lisan atau kemasyhurannya. Lebih dari itu, dengan sikap al-‘Iffah ini seseorang akan berusaha meninggalkan hal-hal yang sebenarnya dibolehkan untuknya, namun kerana untuk melindungi diri dari hal-hal yang tidak pantas, maka ia rela untuk meninggalkannya.
Dengan demikian, seorang yang ‘afif adalah orang yang bersabar dari perkara-perkara yang diharamkan walaupun jiwanya cenderung kepada perkara tersebut dan menginginkannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِيْنَ لاَ يَجِدُوْنَ نِكَاحًا حَتَّى يُغْنِيَهُمُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ
“Dan orang-orang yang belum mampu untuk menikah hendaklah menjaga kesucian dirinya sampai Allah menjadikan mereka mampu dengan karunia-Nya.” (An-Nur: 33)

Termasuk dalam makna ‘iffah adalah menahan diri dari meminta-minta kepada manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ
“Orang yang tidak tahu menyangka mereka (orang-orang fakir) itu adalah orang-orang yang berkecukupan karena mereka ta’affuf (menahan diri dari meminta-minta kepada manusia).” (Al-Baqarah: 273)
Baginda Rasulullah SAW sangat menganjurkan sikap al-‘Iffah karena dengan sikap ini seorang Muslim dapat menjaga kehormatan dan kemuliaan dirinya.
Sikap al-‘Iffah ini sangat penting bagi keperibadian seseorang, sehingga Allah menyebutkan kata “al-‘Iffah” dan kata yang berasal dari kata asasnya berulang-ulang di berbagai tempat dalam al-Qur’an. menyebutkan kata ini lebih dari satu kali dalam al-Qur’an, bukan hanya sekedar sebagai pengulangan, namun menyebutkannya dalam berbagai tempat juga disertai dengan kandungan bentuk sikap al-‘Iffah  dalam kehidupan manusia.
Persaingan hidup yang semakin tinggi dan keras banyak memunculkan perilaku umat yang melanggar batasan syariat. Bila perbuatan suka meminta-minta sudah bisa menyebabkan kemuliaan seseorang jatuh, maka yang lebih berat dari sekedar meminta-minta –seperti korupsi, mencuri, merampok, dsb.– lebih menghinakan pelakunya. Namun toh perbuatan tersebut semakin banyak dilakukan. Termasuk maraknya perilaku kaum wanita, hanya demi menginginkan enaknya hidup, mereka rela melakukan perbuatan yang menghilangkan kemuliaan mereka. Padahal agama ini telah menuntunkan agar mereka senantiasa menjaga kemuliaan diri mereka.
Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu mengabarkan bahwa orang-orang dari kalangan Anshar pernah meminta-minta kepada Rasullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak ada seorang pun dari mereka yang minta kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melainkan beliau berikan hingga habislah apa yang ada pada beliau. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda kepada mereka ketika itu:
مَا يَكُوْنُ عِنْدِي مِنْ خَيْرٍ لا أدَّخِرُهُ عَنْكُمْ، وَإِنَّه مَنْ يَسْتَعِفّ يُعِفّه اللهُ، وَمَنْ يَتَصَبَّرُ يُصَبِّرَهُ اللهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ، وَلَنْ تُعْطَوْا عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ
“Apa yang ada padaku dari kebaikan (harta) tidak ada yang aku simpan dari kalian. Sesungguhnya siapa yang menahan diri dari meminta-minta maka Allah akan memelihara dan menjaganya, dan siapa yang menyabarkan dirinya dari meminta-minta maka Allah akan menjadikannya sabar. Dan siapa yang merasa cukup dengan Allah dari meminta kepada selain-Nya maka Allah akan memberikan kecukupan padanya. Tidaklah kalian diberi suatu pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (HR. Al-Bukhari no. 6470 dan Muslim no. 1053 )
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan: “Dalam hadits ini ada anjuran untuk ta’affuf (menahan diri dari meminta-minta), qana’ah (merasa cukup) dan bersabar atas kesempitan hidup dan selainnya dari kesulitan (perkara yang tidak disukai) di dunia.” (Syarah Shahih Muslim, 7/145)
Menjadi muslim dan muslimah yang ‘afifah bila seorang muslim dituntut untuk memiliki ‘iffah maka demikian pula seorang muslimah. Hendaknya ia memiliki ‘iffah sehingga ia menjadi seorang wanita yang ‘afifah, karena akhlak yang satu ini merupakan akhlak yang tinggi, mulia dan dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan akhlak ini merupakan sifat hamba-hamba Allah yang shalih, yang senantiasa menghadirkan keagungan Allah dan takut akan murka dan azab-Nya. Ia juga menjadi sifat bagi orang-orang yang selalu mencari keridhaan dan pahala-Nya.
Berkaitan dengan ‘iffah ini, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilakukan oleh seorang muslimah untuk menjaga kehormatan diri, di antaranya:
Pertama: Menundukkan pandangan mata (ghadhul bashar) dan menjaga kemaluannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَقٌلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوْجَهُنَّ
“Katakanlah kepada wanita-wanita mukminah: Hendaklah mereka menundukkan pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan mereka…” (An-Nur: 31)
Asy-Syaikh Muhammad Amin Asy-Syinqithi rahimahullah berkata: “Allah Jalla wa ‘Ala memerintahkan kaum mukminin dan mukminat untuk menundukkan pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan mereka. Termasuk menjaga kemaluan adalah menjaganya dari perbuatan zina, liwath (homoseksual) dan lesbian, dan juga menjaganya dengan tidak menampakkan dan menyingkapnya di hadapan manusia.” (Adhwa-ul Bayan, 6/186)
Kedua: Tidak bepergian jauh (safar) sendirian tanpa didampingi mahramnya yang akan menjaga dan melindunginya dari gangguan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تُسَافِر امرَأَةٌ إِلاَّ مَعَ ذِي مَحْرَمٍ
“Tidak boleh seorang wanita safar kecuali didampingi mahramnya.” (HR. Al-Bukhari no. 1862 dan Muslim no. 1341)
Ketiga: Tidak berjabat tangan dengan lelaki yang bukan mahramnya. Karena bersentuhan dengan lawan jenis akan membangkitkan gejolak di dalam jiwa yang akan membuat hati itu condong kepada perbuatan keji dan hina.
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah berkata: “Secara mutlak tidak boleh berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram, sama saja apakah wanita itu masih muda ataupun sudah tua. Dan sama saja apakah lelaki yang berjabat tangan denganya itu masih muda atau kakek tua. Karena berjabat tangan seperti ini akan menimbulkan fitnah bagi kedua pihak. ‘Aisyah radhiallahu ‘anhu berkata tentang teladan kita (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam):
مَا مَسَتْ يَدُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَ امْرَأَةٍ إِلاَّ امْرَأَةً يَمْلِكُهَا
“Tangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menyentuh tangan wanita, kecuali tangan wanita yang dimilikinya (istri atau budak beliau).” (HR. Al-Bukhari, no. 7214) Tidak ada perbedaan antara jabat tangan yang dilakukan dengan memakai alas/ penghalang (dengan memakai kaos tangan atau kain misalnya) ataupun tanpa penghalang. Karena dalil dalam masalah ini sifatnya umum dan semua ini dalam rangka menutup jalan yang mengantarkan kepada fitnah.” (Majmu’ Al-Fatawa, 1/185)
Keempat: Tidak khalwat (berduaan) dengan lelaki yang bukan mahram. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan dalam titahnya yang agung:
لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ وَ مَعَهَا ذُوْ مَحْرَمٍ
“Tidak boleh sama sekali seorang lelaki bersepi-sepi dengan seorang wanita kecuali bila bersama wanita itu ada mahramnya.” (HR. Al-Bukhari no. 5233 dan Muslim no. 1341)

Kelima: Menjauh dari hal-hal yang dapat mengundang fitnah seperti mendengarkan musik, nyanyian, menonton film, gambar yang mengumbar aurat dan semisalnya.
Seorang muslimah yang cerdas adalah yang bisa memahami akibat yang ditimbulkan dari suatu perkara dan memahami cara-cara yang ditempuh orang-orang bodoh untuk menyesatkan dan meyimpangkannya. Sehingga ia akan menjauhkan diri dari membeli majalah-majalah yang rusak dan tak berfaedah, dan ia tidak akan membuang hartanya untuk merobek kehormatan dirinya dan menghilangkan ‘iffah-nya. Karena kehormatannya adalah sesuatu yang sangat mahal dan ‘iffah-nya adalah sesuatu yang sangat berharga.
Memang usaha yang dilakukan untuk sebuah ‘iffah bukanlah usaha yang ringan. Butuh perlu perjuangan jiwa yang sungguh-sungguh dengan meminta tolong kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyatakan:
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ
“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk mencari keridhaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Al-’Ankabut: 69)

Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk selalu menjaga kehormatan diri (‘Iffah).Dalam sebuah sabdanya, Beliau berkata:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ عَبْدَهُ الْمُؤْمِنَ الْفَقِيرَ الْمُتَعَفِّفَ أَبَا الْعِيَالِ
Maksudnya: “Sesungguhnya Allah SWT senang dengan hamba-Nya yang Mukmin dan fakir namun tetap menjaga kehormatan dirinya serta menanggung nafkah keluarganya.”[1]
Berkata sahabat Hakīm bin Hizām R.A.: “Saya pernah meminta sesuatu kepada Rasulullah SAW, dan Beliau memberikannya kepadaku. Kemudian saya meminta kembali yang kedua kali, dan Beliau juga mengabulkan permintaanku itu. Setelah itu Beliau berkata kepadaku:
يا حكيم إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى
Maksudnya: “Wahai Hakīm, sesungguhnya harta benda itu memang indah dan nikmat (digambarkan oleh Rasul dengan hijau dan manis). Sesiapa mengambilnya dengan hati yang lapang (tidak terlalu berobsesi untuk menguasainya) maka dia akan mendapatkan keberkahan harta tersebut. Dan sesiapa mengambilnya dengan penuh berat hati (sangat berobsesi mendapatkannya sehingga hatinya terasa sempit) maka dia tidak akan mendapatkan keberkahan dengan harta itu, bahkan dia akan menjadi seperti orang sedang makan yang tidak pernah kenyang. Tangan yang di atas (orang yang memberi) lebih baik daripada tangan yang di bawah (orang yang meminta). (H. R. al-Bukhārī dan Muslim).
Yang dimaksud dengan hadith di atas adalah setiap harta yang didapat dengan cara yang tidak dibenarkan oleh agama tidak akan mendapat keberkahan. Hal itu seperti harta yang diambil dari seseorang, sedangkan orang tersebut merasa berat untuk memberikan harta tersebut.
Jadi disimpulkan bahwa bentuk dari iffah itu ada 3 macam :
1.      Iffah yang berkenaan dengan bagaimana seseorang dalam pergaulan, faraj, dan yang semcamnya. Maka seorang muslim dan muslimah harus bisa menjaga dirinya, agar kehormatan dirinya tetap terjaga seperti tidak berpegang tangan dengan yang bukan muhrimnya, menutup aurat dll.
2.      Iffah yang berkenaan dengan bagaimana seseorang dalam segi meminta-minta, seseorang harus mampu menjaga dirinya agar tidak meminta-minta, mengemis ataupun merendahkan dirinya demi meminta-minta

3.      Iffah yang berkenaan dengan bagaimana seseorang menjaga amanah, menjaga keprcayaan orang lain, dengan menjaga hal tersebut berati kita telah menjaga kehormatan diri

Puasa Sebagai terapi

Terapi berikutnya adalah Puasa atau Sawm, Puasa dimaknai sebagai upaya membersihkan jiwa dan membawa diri untuk perdamaian, pada saat yang sama, itu adalah pengingat untuk membantu orang lain yang memiliki kekurangan dan untuk peduli pada orang miskin (Athar, 1993, hal. 119). Puasa meningkatkan pengendalian diri dan pengorbanan dan pada saat yang sama mengurangi keserakahan, kemalasan, dan kesalahan lainnya (Sarwar, 1980, hlm 76-77). Puasa dianggap untuk membersihkan tubuh dan pikiran.

Ada 2 kategori puasa :

Ø Puasa secara fisik, diantaranya menahan diri dari makan, minum, seks, dan segala yang di haramkan. Secara fisik, puasa membantu dalam pengentasan peptik dan gangguan metabolisme dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh, yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan mental (Athar, 1993, hal. 118).

Ø Puasa secara psikis, yaitu dengan menahan hawa nafsu dri segala perbuatan maksiat, Dan dari Maksud puasa disini adalah menahan dari segala yang merusak kefitrahan manusia.

Memakan makanan haram akan mempengaruhi terhadap perilaku seseorang, sebab makan tersebut membentuk sel-sel yang ada di dalam tubuh manusia, sehingga tubuh manusia akan muncul keengganan dan kemalasan untuk beribadah. Dengan berpuasa secara psikis dan fisik akan mendorong seseorang untuk membersihkan hatinya seperti kutipan arti hadist nabi “ cara bersusah ; tundukkan hawa nafsu kalian dengan lapar dan jadikan ia haus”.

Dalam suatu hadist nabi juga mengungkapkan “shaumu tashihhu” berpuasalah kamu agar kamu sehat, kesehatan tersebut bisa di maknakan dengan sehat jasmani dan sehat secara psikis. puasa memiliki sisi spritual – transidental dengan disertainya dengan niat, dan dari segi pengerjaaannnya. Puasa juga mampu menumbuhkan emsoi positif seperti menyadari kemahakuassan Allah, menumbuhkan solidaritas kepduliaan terhadap orang lain, dan menghidupkan nilai-nilai positif dalam proses aktualisasi diri.

Al ghazali mengemukan bahwa hikmah lapar :

1. Menjernihkan dan memperajam pandangan, sehingga ia memilki kecerdasan intelektual yang tinggi.

2. Melembutkan kalbu, sehingga mampu, merasakan kenikmatan batin, seperti ketika melakukan zikir

3. Menjauhkan perilaku yang hina dan sombong, yang perilaku sering mengakibatkan kelupaan

4. Mengigngatkan jiwa manusia akaan cobaan dan azab allah, sehingga ia hai-hait dalam memilih makanan

5. Memperlemah syahwat dan tertahannya nafsu amarah buurk. Jimka seseorang karena banyak makan, terutama makanan haram , maka mudah terjangkit penyakit maksiat dan perbuatan dosa.

6. dll

Penelitian telah menegaskan bahwa “Dr. Kanman” dari Universitas ‎‎”Princeton” Amerika bahwa kurangnya pilihan untuk mengendalikan ‎nafsu telah menyebabkan – yang menurut studi tersebut – meningkatnya rasa depresi, namun munculnya tingkat ‎depresi berbanding terbalik dengan banyaknya dan besarnya ‎pilihan mengendalikan nafsu, dan menunjukkan bahwa orang-orang tidak mempelajari ‎cara untuk mengendalikan keinginan mereka. Maka dengan itu konsep puasa hadir sebagai studi untuk menekankan kebutuhan orang ‎untuk berlatih, walaupun penerapan metode spesifik ini hanya ‎sebatas seminggu untuk menekan keinginan syahwat, naluri, emosi ‎dan perilaku. atau perlu belajar untuk mengendalikan nafsunya ‎dengan puasa untuk jangka waktu yang cukup lama, dan telah ditemukan pusat spesialisasi medis di Barat yang menerapkan ‎puasa dengan meditasi Transendental, termasuk pusat medis ‎terkenal di Swedia dan satu lagi di Portugal.

Dalam studi yang dilakukan oleh Dr: Taha mohamed Ramiz, seorang konsultan dan psikiater (quwait), ia meneliti tentang bagaimana sistem saraf dan bagaimana prilaku seseorang ketika berpuasa. Dan rangkuman poin keajaiban ilmiah modern pada ibadah puasa ‎dalam pendekatan Islam sebagai berikut:

1. Bahwa Memiliki kontrol diri bagi orang puasa yang ‎berkomitmen secara biologis, psikologis dan perilaku, Mulai dari ‎menahan diri dari makan, minum, hubungan seksual, tidak ‎mengganggu, menjaga pandangan membahayakan. Memberinya‎kemampuan yang sangat terlatih dan yang baik untuk mengontrol ‎input dan rangsangan saraf dengan kemampuan mengurangi efek ‎fisik, mencegah pemusatan emosi terkait dengan penurunan efek ‎dari kegembiraan dalam kegiatan konfigurasi di otak. sehingga Kontrol-diri ini telah digunakan ‎dalam kebanyakan agama dan oleh para nabi dan orang-orang ‎bijaksana dan pemikir. Dan ini memberikan pada manusia ‎kapasitas kemurnian tinggi, kebijaksanaan, dan keseimbangan ‎psikologis.

2. Menanggung penderitaan lapar dan kesabaran, memperbaiki ‎tingkat serotonin, dengan obat berupa rasa sakit alami karena ‎bagian otak ada dua kelompok untuk mengetahui: (1) kelompok ‎Endorfin, terdiri dari 31 Asam Amino merupakan inti dari kelenjar ‎hipofisis dan bersifat material, berfungsi menenangkan nyeri 10 kali ‎lebih kuat dari obat-obat penenang Industri (2) Kelompok ‎Alancvalien Enkephalins, terdiri dari 5 asam amino, yang terdapat ‎pada ujung-ujung saraf. Dalam rangka untuk terus memproduksi ‎bahan-bahan obat penenang dan yang berkaitan dengan rasa sakit ‎dan depresi dimana manusia harus megalami kekurangan dan jenis‎ketahanan sakit untuk mencegah diri dari memakan zat dan obat-‎obatan yang berdampak ketergantungan, mati rasa dan sakit, ‎khususnya opium dan turunannya dan beberapa obat medis.

3. Perlu belajar kesabaran dan kemauan untuk pelatihan yang ‎diterima dalam banyak penelitian psikologi modern. Dan seperti ‎puasa sebagai latihan harian yang terorganisir membantu manusia ‎untuk mengubah gagasan, sikap dan tingkah laku yang diterapkan ‎yang mencakup control, pengorganisasian dari pusat-pusat saraf‎yang bertanggung jawab untuk mengatur kebutuhan biologis dan ‎insting makanan dan seks, serta sirkulasi jaringan saraf yang ‎terhubung, mencakup imajinasi, pikiran dan mengarahkan perilaku.

Selasa, 11 Desember 2012

Cahaya dan kegelapan


Tak ada hati yang bermula dari kegelapan,

tiap nurani di berkahi cahaya nan terang lagi hangat,

yang kan menemani tiap langkah hidupnya,

dan menemukan sang Maha Pemilik Cahaya,....

sebagaimana,....

Tak ada satupun kegelapan mengalahkan cahaya,

mematikan cahaya itu,....

 Bahwa tak ada diri yang di takdirkan buruk hatinya,

yang ada adalah diri memilih hidup dalam kegelapan,

membiarkan hati gelap,... lembab,.... dingin,....... sunyi,......

hingga membusuk.......

sudahlah,........
bersama-sama kita, menyalakannya,........

menjemput seberkas kilauan terang,

mulai mendekapnya,... menjaganya agar ia tidak pernah padam,...

agar hati ini menjadi terang,. hangat,. tenang,. tentram dan,

 melampaukan sinarnya pada nurani-nurani yang ia temui.....

Sabtu, 08 Desember 2012

Persuasi Ekstrim: Bagaimana sebuah pesan mengindoktrinasi.?

terjadi pada akhir-akhir ini doktrin-doktrin yang ekstem seperti aliran-aliran yang berkembang saat ini. Hal ini terjadi dapat dijelaskan dengan Pertama, ini adalah analisis kebelakang bagaimana hal ini bisa terjadi. Ini menggunakan prinsip persuasi untuk menjelaskannya, Kedua, psikologi agama bisa memberitahu kita mengapa aspek ketuhanan yang dipercaya dengan mengatakan apa-apa tentang kebenaran suatu keyakinan.

Namun bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi, Apa yang membujuk orang-orang ini untuk bergabung dan memberi semacam kesetiaan total mereka, terhadap aliran-aliran tersebut (juga disebut baru gerakan keagamaan), pada umumnya sebuah kelompok aliran biasanya ditandai dengan :

· Ritual dan keyakinan khas terkait dengan pengabdian untuk sebuah dewa atau seseorang

· Isolasi dari budaya sekitarnya yang di anggap "jahat"

· Seorang pemimpin Kharismatik


Compliance acceptance seorang anggota baru akan segera belajar bahwa keanggotaan bukanlah hal sepele. Mereka diarahkan untuk menjadi aktif dalam kegiatan aliran seperti Perilaku ritual, perekrutan publik, dan penggalangan dana. Sehingga memperkuat identitas mereka sebagai anggota. Dan hal tersebut mendukung komitmen mereka. Semakin besar komitmen pribadi, semakin banyak kebutuhan untuk membenarkan itu.

The foot in the door phenomen. Bagaimana orang didorong untuk membuat komitmen untuk mengubah hidup mereka secara drastis. hal ini, stategi rekrutmen ini memanfaatkan prinsip The foot in the door phenomen. misalnya, mereka akan mengundang orang untuk makan malam dan kemudian di akhir pekan mengadakan pertamuan dan diskusi filosofi kehidupan. Pada selanjutnya, mereka akan mendorong para hadirin untuk bergabung dengan dalam kegiatan lagu-lagu ritual mereka, kegiatan-kegiatan mereka, dan diskusi. lalu didesak untuk mendaftar untuk pelatihan yang lebih lama. Dan akhirnya mereka akan meminta sumbangan dana, yang pada awalnya secara sukarela, namun pada akhirnya ketua sekte akan menetapkan berapa persen kontribusi yang wajib anggota berikan, yang terus meningkat, pada Akhirnya ia memerintahkan anggota untuk menyerahkan kepadanya segala sesuatu yang mereka miliki. Dan semua itu terjadi secara bertahap.

Group effect. Terputus dari keluarga dan teman-teman mereka kehilangan akses keluar kelompok, sehingga kelompok ini menawarkan identitas dan mendefinisikan realitas kepada setiap anggotanya. Terlebih lagi setiap sekte-sekte menghukum perbedaan pendapat, konsensus jelas membantu menghilangkan keraguan.

disimpulkan bahwa keberhasilan yang mereka dapat melalui tiga teknik umum yaitu:

· Perilaku memunculkan komitmen

· Menerapkan prinsip-prinsip persuasi yang efektif

· Mengisolasi anggota kelompok


Bagaimana Persuasi dilawan.?

Setelah meneliti "senjata pengaruh," psikolog sosial mempertimbangkan beberapa taktik untuk melawan pengaruh. Dan bagaimana cara kita menyiapkan seseorang untuk menolak persuasi yang tidak ia diinginkan.


1. Memperkuat Komitmen Pribadi

cara pertama untuk melawan: Sebelum menghadapi penilaian orang lain, adalah dengan membuat komitmen untuk posisi kita. Setelah berdiri untuk keyakinan Anda,
Anda akan menjadi kurang rentan (atau, harus kita katakan, kurang "terbuka") untuk apa
orang lain katakan.

2. menantang keyakinan

dalam upaya meningkatkan komitmen, Dari eksperimen, Charles Kiesler (1971) menawarkan satu cara yang mungkin: yaitu dengan sedikit menyerang posisi mereka. Kiesler menemukan bahwa ketika orang diserang cukup kuat untuk menyebabkan mereka bereaksi, tapi tidak begitu kuat untuk menguasai mereka, namun mereka dapat menjadi lebih berkomitmen. Kiesler menjelaskan: "Ketika anda menyerang orang-orang berkomitmen dan serangan Anda kekuatan yang tidak memadai, Anda mendorong mereka untuk perilaku bahkan lebih ekstrim dalam pertahanan rethadap komitmen mereka sebelumnya.

3. Mengembangkan sikap kontra

Salah satu sikap kontra yaitu Inokulasi. Inokulasi berarti Mengekspos sikap seseorang dengan seragan lemah sehingga ketika serangan kuat datang, mereka akan memiliki penyangkalan yang lebih baik. Jika sebelum keyakinan mereka diserang, mereka "diimunisasi" dengan terlebih dahulu menerima tantangan kecil untuk keyakinan mereka, dan jika mereka membaca atau menulis sebuah esai dalam sanggahan dari serangan ringan tersebut, maka mereka lebih baik mampu menahan serangan yang kuat. Ingat bahwa inokulasi efektif merangsang

Contoh aplikasi rea l: Program Inokulasi salah satu Cara terbaik untuk membangun sikap ketahanan terhadap persuasi (pencucian otak), tidak cukup dengan memberikan pengetuan tentang keyakinannya. namun mungkin mengajarkan mereka tentang berbagai sekte/aliran dan mempersiapkan mereka hal-hal untuk melawan persuasi.

Implikasi lain dari teknik inokulasi ini adalah, untuk para pembujuk, sebuah yang tidak efektif dalam membujuk bisa lebih buruk dari pada tidak sama sekali. Persuasi (bujukan) yang tidak efektif dapat membuat para pendengar untuk berlaku kontra produktif.

Jumat, 07 Desember 2012

Persuation

Persuasi adalah Proses di mana sebuah pesan menginduksi perubahan dalam keyakinan, sikap, atau perilaku seseorang atau kelompok. persuasi merupakan skill yang dilatih secara terus-menerus, praktek Persuasi terdapat di mana-mana seperti saat kampanye suatu partai, para sales yang menarik perhatian pembelinya atau bahkan ketika seorang pria mendekati wanita.

Persuasi tidak terikat dengan hal baik atau buruk. tetapi tujuan dan isi pesanlah yang mendapatkan penilaian yang baik atau buruk. Yang buruk sering kita sebut "propaganda." Karena bertentangan dengan apa yang dianggap benar sedangkan yang baik kita sebut "pengajaran/himbauan" karena bersesuaian dengan apa yang kita percayai.

Dalam menanggapi sebuah pesan persuasi ada 2 rute (jalan) yang seringkali dipakai :

1. Rute tengah

Sebuah persuasi akan menarik para pendengarnya dan pesannya akan tersampaikan, jika sebuah pesan fokus untuk menghadirkan argumen-argumen yang kuat, rute tengah diambil ketika orang termotivasi dan mampu berpikir tentang suatu pesan, mereka-mereka yang memilih rute ini adalah mereka yang fokus pada argumen. dan hal ini biasanya didapati oleh orang-orang yang memiliki pengetahuan mendalam tentang hal-hal yang disampaikan.

2. Rute peripheral

Terkadang kekuatan argumen tidak dipermasalahkan, kadang-kadang kita tidak cukup lihai atau mampu berpikir hati-hati sehingga kita tidak dapat mengembil waktu untuk merenungkan isi pesan sehingga kita mungkin mengikuti isyarat dari persuasi yang memicu reaksi otomatis kita, tanpa berpikir panjang hal ini sering disampaikan lewat cerita-cerita yang syarat akan muatan emosional.

4 elemen penting dalam persuasi antara lain :

a. Communicator (penyampai pesan)

b. Pesan (isi dari pesan tersebut)

c. Bagaimana pesan tersebut disampaikan

d. Penerima pesan

A. Communicator

Siapa yang menyampaikan pesan. psikolog sosial menemukan bahwa isi pesan tidak mempengaruhi bagaimana penonton menerimanya, tetapi pesan berpengaruh ketika siapa yang mengatakanya. Dalam satu percobaan, ketika pemimpin Sosialis dan pemimpin Liberal di parlemen Belanda berpendapat tentang suatu hal yang identik dengan menggunakan kata yang sama, masing-masing pesan paling efektif dengan anggota partainya sendiri (Wiegman,1985). Jadi ini bukan hanya pesan yang penting, tetapi juga siapa yang mengatakan pesan itu.

Apa yang membuat satu diantara aspek yang harus dimiliki oleh communicator adalah:

1. Kredibilitas. Sebuah pesan akan lebih berpengaruh dan lebih mudah sampai jika yang menyampaikan mempunyai kredibilitas. Sehingga para penerima pesan memilki kepercayaan terhadapnya.

a. Perceived exicited : salah satu cara untuk tampak kredibel dengan mulai mengatakan hal-hal membuat orang tampak cerdas. dan yang lain adalah untuk diperkenalkan/memperlihatkan sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan pada topic dari pesan yang disampaikan.dan hal lain untuk tampil kredibel adalah untuk berbicara dengan penuh percaya diri.

b. Perceived trustworthness : gaya berbicara juga jelas memberi pengaruh terhadap kepercayaan orang terhadap si pembicara. ditemukan bahwa jika seseorang berbicara mereka langsung di mata, bukan memandang ke arah lain, itu membuat kesan orang tersebut lebih bisa dipercaya. Kepercayaan ini juga lebih tinggi jika penonton percaya bahwa si pembicara tidak mencoba untuk membujuk mereka.

Dan hal lain yang membangkitkan kepercayaan seseorang adalah pembicara yang cepat (sekitar 190 kata per menit) pembicara dianggap sebagai lebih obyektif, cerdas, dan berpengetahuan dari yang pembicara yang lambat (sekitar 110 kata per menit). Mereka juga menemukan pembicara yang lebih cepat lebih persuasif seperti John F. Kennedy.

3. Daya tarik dan ketertarikan karakteristik dari seorang komunikator yang efektif, adalah mereka yang mempunyai daya tarik dan memiliki kualitas untuk menarik penonton. Ketertarikan bisa jadi dari charisma, tampilan atau hal lain.

B. Pesan

Element lain yang ada pada persuasi adalah pesan, bagaimana content sebuah pesan disampaikan, aspek-aspeknya meliputi :

1. Reason VS emotion.

Misalkan seseorang sedang berkampanye mendukung FAO pembebasan dunia dari kelaparan. Apakah yang terbaik memerinci argumen anda dan mengutip sebuah data statistik? Atau apakah Anda akan lebih efektif jika menyajikan pendekatan yang mungkin emosional misalnya dengan kisah menarik dari salah satu anak kelaparan.

Tentu saja, argumennya dapat ratio dan emosional, menurut psikolog sosial hal tersebut tergantung pada penonton atau pendengar. responsif terhadap hal-hal rasional, dimana orang yang memiliki tipe tengah lebih merespon terhadap argument-argumen rasional, atau orang yang tipe periphal yang mereka lebih cenderung untuk tanggap hal2 yang emosional.

2. Pengaruh perasaan baik terhadap sebuah pesan juga menjadi lebih persuasive karena pesan akan diasosiasikan dengan perasaan yang baik tersebut.

Tapi di lain waktu membangkitkan perasaan takut (buruk) bias juga efektif, karena membangkitkan emosi negative. contohnya ketika membujuk orang untuk mengurangi merokok, membangkitkan rasa takut terhadap merokok dapat membuat pesan tersampaikan

3. Primary dan recency effect.

sebuah pesan akan mudah di ingat pesan yang di awal dan di akhir tetapi dari kedua hal tersebut mana yang lebih berpengaruh terhadap persuasi.efek keutamaan dari sebuah Informasi yang disajikan awal yang paling persuasif. Karena kesan pertama adalah penting. Informasi yang pertama akan dijadikan bahan untuk interpretasi mereka dari informasi kemudian. Namun jika rentang waktunya panjang maka pesan terakhir yang lebih masuk.

C. Bagaimana Pesan itu disampaikan

Untuk persuasi, harus ada komunikasi. Dan untuk komunikasi, harus bagaimana cara bagaimana komunikasi itu di sampaikan, seperti tarik tatap muka, tanda tertulis atau dokumen, media iklan. Dll. Diantara aspek-aspeknya adalah

1. Pengalaman aktif atau penerimaan yang pasif. permasalahan bagaimana pesan akan di sampaikan Ada sebuah aturan sederhana: Persuasi akan menurun seiring dengan sesignifikan dan keakraban suatu masalah meningkat. Jadi untuk masalah kecil, seperti yang merek obat yang ingin dibeli, mudah untuk menunjukkan kekuatan media dimana tidak ada pengalaman aktif. Pada masalah yang lebih akrab dan penting, seperti sikap tentang perang panjang dan kontroversial, membujuk orang adalah sesuatu yang sulit, karena pengalaman aktif juga memperkuat sikap.

2. Pengaruh media vs pengaruh pribadi. Studi persuasi menunjukkan bahwa pengaruh besar pada kita bukan pada media, namun kontak kita dengan orang lain. pengaruh yang datang melalui kontak pribadi, memberikan efek langsung, ketimbang dari media.

D. Untuk Siapa pesan tersebut

Target dari sebuah pesan tersebut dapat di lihat kepada usia dan bagaimana mereka berpikir aspek-aspeknya

1. How old are they. Salah satunya adalah penjelasan siklus hidup: Sikap terhadap perubahan (misalnya, menjadi lebih konservatif) ketika orang bertambah tua.yang lainnya adalah penjelasan generasi: Sikap tidak berubah; orang tua sebagian besar berpegang pada sikap mereka diadopsi ketika mereka masih muda.

2. Memahami bagaimana mereka berpikir, apakah mereka tipe rute tengah, atau rute periphal