Pages

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 20 Juli 2013

Stress dan Cara mengatasinya

Dalam kehidupan kita, sering kali, dihadapkan dengan masalah-masalah, ataupun situasi yang tidak kehendaki. seringkali karena hal itu kita mengalami tekanan dan kegelisahan sehingga kita berada dalam kondisi yang sering dikenal dengan stress.
stress pada dasarnya adalah hal yang normal bagi sebuah organisme, keadaan stress akan memicu seseorang untuk membentuk prilaku, menghasilkan respon yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah tersebut. respon ini dikenal dengan respon Flight or fight.
namun stress akan berdampak negatif jika kondisi stress menetap dalam waktu yang lama. sehingga tubuh akan memproduksi hormon untuk melawan stress secara terus-menerus selama kita menglami strees. dan keadaan yang berkelanjutan ini akan menyebabkan tubuh mengalami kelelahan karena harus memproduksi endokrin, yang berakibat pada penurunan sistem imun tubuh.
sistem imun tubuh yang lemah akan membuat penyakit-penyakit akan mudah menyerang seseorang. banyak penelitian yang menemukan bahawa penyakit-penyakit berbahaya seprti kanker, jantung, stroke, dan lainnya berkorelasi tingi dengan tingkat stress seseorang.

maka dari itu dari pendekatan psikologi ada beberapa hal yang bisa kita perhatikan agar sebuah kondisi  stress tidak menetap secara berkepanjangan. antara lain:

Beberapa cara mengatasi stress :

  •   Mendekatakan diri dengan pencipta. 

ibadah dan doa terbukti hal yang paling potensial untuk mengurangi stress, hal ini disebabkan ketika           seseorang beribahdah disana terdapat proses release tension yang membuat seorang dapat melepaskan semua tekanan dengan mengadu pada Tuhan. hal ini juga didukung oleh penelitian yang menyebutkan semakin rajin seseorang beribadah semakin rendah tingkat stress seseorang dan juga ditemukan bahwa para tokoh religius tidak mengalami stress yang tinggi.

  • Meningkatkan kebugaran fisik

Dengan makan makanan yang bergizi, tidur cukup dan melakukan o;lahraga yang teratur
Sedangkan makan secara berlebihan, mengkonsumsi makanan bernutrisi rendah , dan memiliki berat baadan yang berlebihan menciptakan serangkaian masalah bagi kebugaran.

  • Stategi coping ( mengatasi stress): emosi positif dan pengendalian diri

Copng terhadap stress adalah suatu proses yang terdiri dari 2 tingkat . tingkat pertama acoping yang berpusat pada emosi yaitu usaha untuk mengurangi respon – respon emosional negative yang muncul akibat ancaman dan untuk meningkatkan afek – afek positif, tingkat kedua adalah coping yang berpusat pada masalah yang melibatkan usaha untuk melebih cepat.ngatasi ancaman itu sendiri ,m dan untuk memeperoleh control terhadap situasi.



  •  Dukungan social ( social support)


Yaitu kenyamanan dansecara fisik dan psikologis yang diberikan oleh oranglain. Adanya dukungan social membantu menghalau penyakit dan memungkinkan seseorang untuk sembuh dari penyakitnya 

Jumat, 19 Juli 2013

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF VYGOTSKY

A.     PENGANTAR
Bernama lengkap Lev Semyonovish Vygotsky (1896-1934). Perkembangan kognitif dan bahasa anak-anak tidak berkembang dalam suatu situasi sosial yang hampa. Lev Vygotsky, seorang psikolog berkebangsaan Rusia, mengenal poin penting tentang pikiran anak ini lebih dari setengah abad yang lalu. Teori Vygotsky mendapat perhatian yang makin besar ketika memasuki akhir abad ke-20.
Sezaman dengan Piaget, Vygotsky menulis di Uni Soviet selama 1920-an dan 1930-an. Namun, karyanya baru dipublikasikan di dunia Barat pada tahun 1960-an. Sejak saat itulah, tulisan-tulisannya menjadi sangat berpengaruh. Vygotsky adalah pengagum Piaget. Walaupun setuju dengan Piaget bahwa perkembangan kognitif terjadi secara bertahap dan dicirikan dengan gaya berpikir yang berbeda-beda, tetapi Vygotsky tidak setuju dengan pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendirian dan membentuk gambaran realitas batinnya sendiri.
Karya Vygotsky didasarkan pada tiga ide utama, yaitu :
(1) Intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka telah ketahui; (2) Interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual; (3) Peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator pembelajaran siswa (Nur, 2000b: 10).
Pandangan yang ditawarkan Vygotsky dan para ahli psikologi kognitif yang lebih mutakhir adalah penting dalam memahami penggunaan-penggunaan strategi belajar karena tiga alasan. Pertama, mereka menggaris bawahi peran penting pengetahuan awal dalam proses belajar. Dua, mereka membantu kita memahami pengetahuan dan perbedaan antara berbagai jenis pengetahuan. Dan tiga, mereka membantu menjelaskan bagaimana pengetahuan diperoleh manusia dan diproses dalam sistem memori otak.

B.     KONSEP SOSIOKULTURAL
Banyak developmentalis yang bekerja di bidang kebudayaan dan pembangunan menemukan dirinya sepaham dengan Vygotsky, yang berfokus pada konteks pembangunan sosial budaya. Teori Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan. Ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang tersebut. Penekanan Vygotsky pada peran kebudayaan dan masyarakat di dalam perkembangan kognitif berbeda dengan gambaran Piaget tentang anak sebagai ilmuwan kecil yang kesepian.
Piaget memandang anak-anak sebagai pembelajaran lewat penemuan individual, sedangkan Vygotsky lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam memudahkan perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan, berfikir dan menyelesaikan masalah. Fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi ini dianggap sebagai ”alat kebudayaan” tempat individu hidup dan  alat-alat itu berasal dari budaya. Alat-alat itu diwariskan pada anak-anak oleh anggota-anggota kebudayaan yang lebih tua  selama pengalaman pembelajaran yang dipandu. Pengalaman dengan orang lain secara berangsur menjadi semakin mendalam dan membentuk gambaran batin anak tentang dunia. Karena itulah berpikir setiap anak dengan cara yang sama dengan anggota lain dalam kebudayaannya.
Vygotsky menekankan baik level konteks sosial yang bersifat institusional maupun level konteks sosial yang bersifat interpersonal. Pada level institusional, sejarah kebudayaan menyediakan organisasi dan alat-alat yang berguna bagi aktivitas kognitif melalui institusi seperti sekolah, penemuan seperti komputer, dan melek huruf. Interaksi institusional memberi kepada anak suatu norma-norma perilaku dan sosial yang luas untuk membimbing hidupnya. Level interpersonal memiliki suatu pengaruh yang lebih langsung pada keberfungsian mental anak. Menurut vygotsky (1962), keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang melalui interaksi sosial langsung. Informasi tentang alat-alat, keterampilan-keterampilan dan hubungan-hubungan interpersonal kognitif dipancarkan melalui interaksi langsung dengan manusia. Melalui pengorganisasian pengalaman-pengalaman interaksi sosial yang berada di dalam suatu latar belakang kebudayaan ini, perkembangan mental anak-anak menjadi matang.

C.     PERKEMBANGAN BAHASA
Para pakar perilaku memandang bahasa sama seperti perilaku lainnya, misalnya duduk, berjalan, atau berlari. Mereka berpendapat bahwa bahasa hanya merupakan urutan respons (Skinner,1957) atau sebuah imitasi (Bandura, 1977). Tetapi banyak diantara kalimat yang kita hasilkan adalah baru, kita tidak mendengarnya atau membicarakannya sebelumnya.
Kita tidak mempelajari bahasa di dalam suatu ”ruang hampa sosial” (social vacuum). Kebanyakan anak-anak diajari bahasa sejak usia yang sangat muda. Kita memerlukan pengenalan kepada bahasa yang lebih dini untuk memperoleh keterampilan bahasa yang baik (Adamson,1992; Schegloff,1989). Dewasa ini, kebanyakan peneliti penguasaan bahasa yakin bahwa anak-anak dari berbagai konteks sosial yang luas menguasai bahasa ibu mereka tanpa diajarkan secara khusus dan dalam beberapa kasus tanpa penguatan yang jelas ( Rice,1993). Dengan demikian aspek yang penting dalam mempelajari suatu bahasa tampaknya tidaklah banyak. Walaupun begitu, proses pembelajaran bahasa biasanya memerlukan lebih banyak dukungan dan keterlibatan dari pengasuh dan guru. Suatu peran lingkungan yang membangkitkan rasa ingin tahu dalam penguasaan bahasa pada anak kecil disebut motherese, yakni cara ibu dan orang dewasa sering berbicara pada bayi dengan frekuensi dan hubungan yang lebih luas dari pada normal, dan dengan kalimat-kalimat yang sederhana.
Bahasa dipahami dalam suatu urutan tertentu. Pada setiap tahap di dalam tahap perkembangan, interaksi linguistik anak dengan orang tua dan orang lain pada dasarnya mengikuti suatu prinsip tertentu (Conti-Ramsden & Snow, 1991; Maratsos, 1991). Perkembangan pemahaman bahasa pada anak bukan saja sangat dipengaruhi oleh kondisi biologis anak, tetapi lingkungan bahasa di sekitar anak sejak usia dini jauh lebih penting dibandingkan dengan apa yang diperkirakan di masa lalu ( Von Tetzchner & Siegel, 1989).
Vygotsky lebih banyak menekankan bahasa dalam perkembangan kognitif daripada Piaget. Bagi Piaget, bahasa baru tampil ketika anak sudah mencapai tahap perkembangan yang cukup maju. Pengalaman berbahasa anak tergantung pada tahap perkembangan kognitif saat itu. Namun, bagi Vygotsky, bahasa berkembang dari interaksi sosial dengan orang lain. Awalnya, satu-satunya fungsi bahasa adalah komunikasi. Bahasa dan pemikiran berkembang sendiri, tetapi selanjutnya anak mendalami bahasa dan belajar menggunakannya sebagai alat untuk membantu memecahkan masalah. Dalam tahap praoperasional, ketika anak belajar menggunakan bahasa untuk menyelesaikan masalah, mereka berbicara lantang sembari menyelesaikan masalah. Sebaliknya, begitu menginjak tahap operasional konkret, percakapan batiniah tidak terdengar lagi.
a.      Elaborasi Tahap-tahap Brown
-          Tahap 1 berlangsung sejak usia 12 – 26 bulan MLU (Mean Length of Utterance), panjang rata-rata pengucapan ialah 1,00 – 2,00. Perbendaharaan kata utamanya terdiri atas kata benda dan kata kerja dengan sedikit kata sifat dan kata bantu. Kalimat khasnya adalah “Dada mama”, “Dada papa” dan “Anjing besar”.
-          Tahap 2 berlangsung sejak usia 27 hingga 30 bulan MLU-nya ialah 2,00 – 2,50. Kata-kata majemuk terbentuk secara tepat. Kalimat khasnya adalah “Boneka tidur”, “Mereka cantik”, dan “Susu Habis”.
-          Tahap 3 berlangsung sejak usia 31 – 34 bulan MLU-nya ialah 2,50 – 3,00. Pertanyaa-pertanyaan “iya-tidak” mulai muncul. Kalimat khasnya “Ayah pulang?”.
-          Tahap 4 berlangsung sejak usia 35 – 40 bulan MLU-nya adalah 3,00 – 3,75. Suatu kalimat kadang-kadang terkait dengan kalimat lain. kalimat khasnya “Ku kira itu merah”.
-          Tahap 5 berlangsung sejak usia 41 – 46 bulan MLU-nyaaa   ialah 3,75 – 4,5. Kalimat-kalimat sederhana dan hubungan-hubungan proposisi terkoordinasi. Kalimat khasnya “Aku ke rumah Bob dan makan es krim”.

b.      Sistem Aturan
Bahasa terdiri dari sistem aturan seperti morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik.

D.     ZONA PERKEMBANGAN PROKSIMAL
Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa konsep melalui pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah mengembangkan pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain.
Pada satu sisi, Piaget menjelaskan proses perkembangan kognitif sejalan dengan kemajuan anak-anak, dan dia menggambarkan bahwa  anak-anak mampu melakukan sesuatu sendiri. Pada sisi lain, Vygotsky mencari pengertian bagaiman anak-anak berkembang dengan melalui proses belajar, dimana fungsi-fungsi kognitif belum matang, tetapi masih dalam proses pematangan. Vygotsky membedakan antara aktual development dan potensial development pada anak. Aktual development ditentukan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa atau guru. Sedangkan potensial development membedakan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu, memecahkan masalah di bawah petunjuk orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
Menurut teori Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah antara actual development dan potensial development, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan anak. Ketika siswa mengerjakan pekerjaanya di sekolah sendiri, perkembangan mereka kemungkinan akan berjalan lambat. Untuk memaksimalkan perkembangan, siswa seharusnya bekerja dengan teman yang lebih terampil yang dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks. Melalui perubahan yang berturut-turut dalam berbicara dan bersikap, siswa mendiskusikan pengertian barunya dengan temannya kemudian mencocokkan dan mendalami kemudian menggunakannya. Sebuah konsekuensi pada proses ini adalah bahwa siswa belajar untuk pengaturan sendiri (self-regulasi).
E.      KONSEP SCAFFOLDING
Scaffolding merupakan suatu istilah yang ditemukan oleh seorang ahli psikologi perkembangan-kognitif masa kini, Jerome Bruner, yakni suatu proses yang digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui zona perkembangan proksimalnya.
Pengaruh karya Vygotsky dan Bruner terhadap dunia pengajaran dijabarkan oleh Smith et al. (1998).
1.      Walaupun Vygotsky dan Bruner telah mengusulkan peranan yang lebih penting bagi orang dewasa dalam pembelajaran anak-anak daripad peran yang diusulkan Piaget, keduanya tidak mendukung pengajaran didaktis diganti sepenuhnya. Sebaliknya mereka malah menyatakan, walaupun anak tetap dilibatkan dalam pembelajaran aktif, guru harus secara aktif mendampingi setiap kegiatan anak-anak. Dalam istilah teoritis, ini berarti anak-anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal dan guru menyediakan scaffolding bagi anak selama melalui  ZPD.
2.      Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya juga berpengaruh penting pada perkembangan kognitif anak.berlawanan dengan pembelajaran lewat penemuan individu (individual discovery learning), kerja kelompok secara kooperatif ( cooperative groupwork) tampaknya mempercepat perkembangan anak.
3.      Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluasa menjadi pengajaran pribadi oleh teman sebaya ( peer tutoring), yaitu seorang anak mengajari anak lainnya yang agak tertinggal dalam pelajaran. Foot et al. (1990) menjelaskan keberhasilan pengajaran oleh teman sebaya ini dengan menggunakan teori Vygotsky. Satu anak bisa lebih efektif membimbing anak lainnya melewati ZPD karena mereka sendiri baru saja melewati tahap itu sehingga bis adengan mudah melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak lain dan menyediakan scaffolding yang sesuai.
Komputer juga dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran dalam berbagai cara. Dari perspektif pengikut Vygotsky-Bruner, perintah-perintah di layar komputer merupakan scaffolding ( Crook, 1994). Ketika anak menggunakan perangkat lunak (software) pendidikan, komputer memberikan bantuan atau petunjuk secara detail seperti yang diisyaratkan sesuai dengan kedudukan anak yang sedang dalam ZPD. Tak pelak lagi, beberapa anak di kelas lebih terampil dalam menggunakan komputer sehingga bisa berperan sebagai tutor bagi teman sebayanya. Dengan murid-murid yang bekerja dengan komputer, guru bisa dengan bebas mencurahkan perhatinnya kepada individu-individu yang memerlukan bantuan dan menyiapkan scaffolding yang sesuai bagi masing-masing anak.

F.      KONSTRUKTIVISME
Pendekatan konstruktivisme pada pendidikan berusaha merubah pendidikan dari dominasi guru menjadi pemusatan pada siswa. Peranan guru adalah membantu siswa mengembangkan pengertian baru. Siswa diajarkan bagaimana mengasimilasi pengalamn, pengetahuan, dan pengertiannya dan apakah mereka siap untuk tahu dari pembentukan pengertian baru ini. Pada bagian ini, kita melihat permulaan aliran konstruktivisme , peranan pengalaman siswa dalam belajar dan bagaiman dapat mengasimilasi pengertiannya.
Konstruktivisme adalah suatu teori belajar yang mempunyai suatu pedoman dalam filosofi dan antropologi sebaik psikologi. Pedoman filosofi pada teori ni ditemukan pada abad ke-5 sebelum masehi. Ketika Socrates memajukan pemikiran dari level sophist oleh metode perkembangan sistematis yang ditemukan melalui gabungan antara pertanyaan dan alasan logika. Metode baru ini yang mengkontribusi secara besar-besaran untuk memajukan aspek pemecahan masalah aliran konstruktivisme.
Penyelidikan atau pengalaman fisik, pengalaman pendidikan adalah kunci metode konstruktivisme. Selama abad ke-18 dan ke-17, filosof Inggris ” Frances Bacon” memberikan ilmu metode untuk menyelidiki lingkungan. 
Pendukung konstruktivisme percaya bahwa pengalaman melalui lingkungan, kita akan mengikat informasi yang kita peroleh dari pengalaman ini ke dalam pengertian sebelumnya, membentuk pengertian baru. Dengan kata lain, pada proses belajar masing-masing pelajar harus mengkreasikan pengetahuannya. Pada konstruktivis, kegiatan mengajar adalah proses membantu pelajar-pelajar mengkreasikan pengetahuannya. Konstruktivisme percaya bahwa pengetahuan tidak hanya kegiatan penemuan yang memungkinkan untuk dimengerti, tetapi pengetahuan merupakan cara suatu informasi baru berinteraksi dengan pengertian sebelumnya dari pelajar.
Para konstruktivisme menekankan peranan motivasi guru untuk membantu siswa belajar mencintai pelajaran. Tidak seprti behaviorist, yang menggunakan sangsi berupa reward, sedangkan konstruktivisme percaya bahwa motivasi internal, seperti kesenangan pada pelajaran lebih kuat daripada reward eksternal.
Konstruktivisme yang mempunyai pengaruh besar pada tahun 1930 yang bekerja sebagai ahli Psikologi Rusia adalah L.S. Vygotsky, yang sangat tertarik pada efek interaksi siswa dengan teman sekelas pada pelajaran. Jaramillo (1996) menjelaskan, Vygotsky mencatat bahwa interaksi individu dengan orang lain berlangsung pada situasi sosial. Vygotsky percaya bahwa subyek yang dipelajari berpengaruh pada proses belajar, dan mengakui bahwa tiap-tiap disiplin ilmu mempunyai metode pembelajaran tersendiri. Vygotsky adalah seorang guru yang tertarik untuk mendesign kurikulum sebagai fasilitas dalam interaksi siswa. 


G. MEDIASI

Mediator yang diperankan lewat tanda atau lambang adalah kunci utama memahami proses-proses sosial dan psikologis. Oleh karena itu, jika dikaji lebih mendalam teori perkembangan Vygotsky akan ditemukan dua jenis mediasi, yaitu : (1) Mediasi Metakognitif dan (2) Mediasi Kognitif.

Media Metakognitif adalah penggunaan alat-alat seimiotic yang bertujuan untuk melakukan self regulation (pengaturan diri) yang mencakup self planning, self monitoring, self checking, dan self evaluation.

Langkah pertama dari pengaturan diri dan pemikiran mandiri adalah mempelajari bahwa segala sesuatu memiliki makna. Langkah kedua dalam pengembangan struktur-struktur internal dan pengaturan diri adalah latihan. Siswa berlatih gerak-gerak isyarat yang akan mendatangkan perhatian. Kemudian langkah terakhir termasuk penggunaan isyarat dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain.
Media Kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan pengetahuan tertentu. Sehingga media ini bisa berhubungan konsep spontan (yang bisa salah) dan konsep ilmiah (yang lebih terjamin kebenarannya).

Menurut Vygotsky, untuk membantu anak mengembangkan pengetahuan yang benar-benar bermakna adalah dengan cara memadukan antar konsep-konsep dan prosedur melalui demonstrasi dan praktik.


H. PERBANDINGAN TEORI VYGOTSKY DENGAN PIAGET



Vygostky
Piaget
Konteks sosialkultural
Penekanannya kuat
Penekanannya lemah
Konstruktifisme
Konstruk sosial
Konstruk kognitif
Tahapan
Tidak ada tahapan yang umum dari rancangan perkembangan
Penekanan yang kuat pada tingkatan (sensorimotor, preoperasional, operasional nyata, dan operasional formal)
Proses Kunci
Perkembangan proximal, bahasa, dialog, dan alat kebudayaan.
Skema, asimilasi, akomodasi, operasi, konservasi, klasifikasi, hipotesis dari penalaran deduktif,
Peran Bahasa
Peran utama;  bahasa memiliki peran yang kuat dalam membentuk pikiran
Bahasa yang memiliki peran minimal, kognisi membentuk/mengatur bahasa
Pandangan tentang Pendidikan
Pendidikan memainkan peran utama, membantu anak-anak belajar alat kebudayaan.
Pendidikan hanya memperbaiki keterampilan kognisi anak yang telah muncul
Implikasi Guru
guru adalah fasilisator dan pembimbing bukan sebagai pengarah; membuktikan bahwa terdapat banyak kesempatan untuk anak-anak belajar dengan guru dan lebih banyak keterampilan yang muncul.
Juga melihat pandangan guru sebagai fasilisator dan pembimbing, bukan sebagai pengarah mengembangkan dukungan untuk anak-anak bereksplorasi dengan dunia mereka dan pengetahuan yang belum diketahui




Senin, 15 Juli 2013

Penjelasan tentang lupa

lupa adalah hal yang lumrah dimiliki oleh manusia, bahkan lupa adalah suatu anugrah tersendiri dari Allah, hikmah yang terdapat dari lupa adalah kita tidak perlu dibayangi-bayangi kesalahan kita di masa lalu, atau yang berusan terjadi, coba bayangkan jika kita tidak diberikan sifat lupa maka dalam kegiatan-kegiatan kita sehari-hari bisa jadi menyuramkan dan tidak bersemangat karena dihantui oleh rasa bersalah atas kesalahan yang pernah kita lakukan.
namun disisi lain lupa juga menjadi kelemahan kita, karena dengan sifat lupa ini kita sering kali melewatkan hal-hal yang penting atau informasi-informasi yang perlu untuk kita ingat.
dalam pendekatan psikologi ada beberapa penjelasan mengapa seseorang dapat mengalami kelupaan Berikut ada beberapa penjelasannya :

1. Decay Theory
seseorang bisa lupa dan susah untuk mengambil informasi yang pernah disimpan, karena informasi tersebut jarang diulang, sehingga menyebabkan memori itu menjadi aus dan lama-kelamaan bisa menjadi hilang.

2. Interfernce Theory
seseorang bisa saja lupa yang diakibatkan oleh terganggunya informasi yang lama (yang sudah disimpan di memori) oleh informasi baru yang kita ingat. atau sebaliknya informasi yang lama menggangu sehingga membuat kita sulit untuk mengingat hal yang baru

3. Retrieval Failure
seseorang mengalami kelupaan karena kegagalannya untuk mengingat suatu informasi yang diakibatkan karena kurangnya cue, atau pun coding yang sesuai dengan memori.

4. Motivated Failure
seseorang akan cenderung melupakan hal-hal yang tidak menyenagkan bagi dirinya, artinya ini adalah kelupaan yang disengaja.

5. gangguan fisiologis
seseorang akan mengalami disebabkan oleh adanya kerusakan atau perubahan yang terjadi diotaknya. bisa saja karena akibat trauma kecelakaan sehingga menyebabkan seseorang menjadi amnesia.

Neuron dan Obat

Didalam otak kita terdapat sistem saraf yang bekerja dan aktif setiap kali kita melakukan aktifitas tertentu. Sistem saraf di otak bekerja melalui proses pengiriman sinyal-sinyal listrik kimiawi yang saling terhubung antar neuron, Proses ini dinamakan dengan synaps. Sinyal-sinyal listrik kimiawi ini lebih dikenal sebagai neurotransmitter yang berupa molekul yang dilepaskan oleh ujung akson neuron yang selanjutnya akan menyebrangi celah sinaptik untuk berikatan pada molekul resptor penerima yang ada di membran neuron penerima. Proses ini terjadi dengan begitu cepatnya variasinya mulai 2 – 200 mil per jam.
Aksi synaps yang terjadi antara neurotranmitter yang dilepaskan dengan molekul reseptor dianalogikan seperti anak kunci dengan kuncinya, sehingga sebuah neuransmitter yang diterima oleh sebuah reseptor akan mengubah sifat listrik sel neuron tersebut, bisa berakibat inhibisi atau ekshibisi.
Sehingga untuk menjalankan fungsinya sebuah neurotransmitter membutuhkan reseptor, proses ini terjadi setiap kali kita melakukan aktifitas misalnya ketika kita melakukan pekerjaan yang kita senangi, salah satu neurotrasmitter yang terkenal untuk rasa senang adalah dopamin, neuron akan memproduksi dopamin yang nantinya akan disembrangkan agar sampai ke reseptor yang membuat meningkatnya aktifitas sel dan proses ini terjadi secara berkelanjutan. Hal inilah yang membuat kita lebih bersemangat melakukan aktifitas ketika dalam keadaan senang.
Namun seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan di bidang obat-obatan, ditemukan beberapa obat-obatan yang dapat beriteraksi dengan molekul reseptor dengan cara yang mirip dengan neurotransmitter. Molekul obat tersebut mirip dengan molekul neurotransmitter, sehinggga obat-obatan ini seolah menjadi anak kunci untuk reseptor. Diantara jenis obat-obatan tersebut antara lain: trankuiliser (obat penenang) sampai obat jalanan seperti heroin dan crack.

Contoh yang baik dari molekul “anak kunci palsu” itu adalah opiat, obat yang termasuk kedalam kelompok heroin dan morphine. Zat opiat ini mirip dengan kelompok neurotransmitter di otak yang dinamakan endorfin, yang memiliki efek menghambat nyeri. 

Sabtu, 13 Juli 2013

Perbedaan CCT dan IRT (item response theory)

Dalam hal pengukuran dikenal sebuah model yaitu berupa model teori tes klasik atau yang lebih dikenal dengan CCT, yaitu sebuah model yang digunakan untuk mementukan kemapuan seseorang berdasarkan total skor yang dia dapatkan di dalam sebuah tes dijadikan dasar patokan untuk menentukan kemampuan seseorang, dan dalam pengkajian berikutnya hal ini ditemukan banyak kelemahan diantaranya :
  1. Model pengukuran cct sangat bergantung pada sampel, sehingga jika sebuah tes dilakukan pada kelompok a beberapa soal yang sulit justru mudha ketika diujikan pada kelompok B, hal ini sangat mungkin terjadi.
  2. Model pengukuran lama tidak memperhitungkan tingkat kesukaran sebuah item, karena dasar asumsi pada teori CCt bahwa semua item paralel (artinya memiliki indeks daya beda dan tingkat kesukaran yang sama).
  3. Dalam model pengukuran CCT kemampuan para pekerja test tidak diperhitungkan karana pada dasarnya setiap orang memiliki kemapuan yang berbeda.
  4. Satu lagi dalam model CCt standard error (SEM) yang ada ditentukan untuk sekalian test sehingga SEM sifatnya global.

 Selanjutnya diajukan lah sebuah teori yang dikenal dengan IRT (item respon teory) yang diajukan oleh seorang kebangsaan denmark untuk mengukur kemampuan seseorang dalam suatu test. Dalam teori IRT sebuah test dinilai berdasarkan masing-masing item. Sehingga setiap item memiliki tingkat kesukaran yang berbeda-beda, dan dalam IRT juga di perhitungkan tingkat kemampuan seseorang.

"Dengan δ= tingkat kesukaran soal, dan θ = tingkat kemampuan seseorang."

Asumsi yang ada dalam IRT menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki kemampuan lebih besar dari tingkat kesukaran suatu soal akan memiliki peluang yang lebih besar untuk menjawab benar pada soal tersebut. Kita coba ilustrasikan, jika katakan lah orang A, memiliki kemampuan “5” dan hendak diberikan satu atau lebih banyak soal yang tingkat kesulitan dibawah “5”, maka si A akan memiliki peluang yang lebih besar untuk menjawab pada soal-soal tersebut.

Sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat kemampuan lebih kecil dari pada tingkat kesukaran soal, maka peluang dia bisa menjawab benar pada soal tersebut lebih rendah.
Dan orang yang memiliki tingkat kemampuan yang sama dengan tingkat kesukaran soal akan memiliki peluang 0.5 untuk menjawab benar pada soal tersebut.
Maka dari itu, model IRT hadir sebagai pelngkap bagi model sebelumnya yaitu CCT, dalam model IRT ini setiap masing-masing item memiliki tingkat kesukaran yang memang berbeda sesuai dengan fakta yang ada, sehingga bisa ditentukan kemampuan peserta tes berdasarkan soal mana yang bisa dijawabnya.
Coba kita ilustrasikan jika sebuah sebuah tes terdiri dari 3 buah soal yang berbeda, soal itu soal 1 yang paling mudah, soal 2 sedang, soal 3 yang sulit. Lalu ke 3 soal itu diujikan pada 3 orang.
Dan menurut teori IRT jika misalnya orang A menjawab benar 2 soal (skor 2), soal tesbut adalah soal yang mudah dan sedang, sedangkan orang B sama-sama menjawab benar 2 soal, namun dia menjawab benar pada soal yang sedang dan sulit, maka bisa disimpulkan bahwa kemampuan orang B lebih tinggi dari pada orang A. Nah hal ini berbeda dengan Asumsi pada CCT yang akan menilai sama kemampuan orang yang A dan B karena sama-sama mendapatkan skor 2.
hasil dari perhitungan berdasarkan model IRT akan diperoleh kurva yang bisa dijadikan patokan untuk menentukan atau meramalkan peluang seseroang untuk menjawab benar pada item tertentu.
dari kurva diatas dapat diramalakan orang yang memiliki kemapuan yang berada dibawah 1 memiliki peluang yang lebih rendah untuk menjawab benar pada soal tersebut.
dan satu hal lagi yang menjadi kelebihan IRT bahwa Standrand error ditentukan pada masing-masing item. sehingga tiap item memiliki nilai error yang berbeda.